Minggu, 25 November 2012

Arti Cinta Part : 11


SEBELAS ( ˘ ³˘)♥
Suasana Basket kali ini masih tampak sepi. Hanya ada beberapa anak saja yang berlalu lalang melewati lapangan Basket yang terletak tepat di depan kelasku. Sedangkan di sudut-sudut taman kelas tampak pak Mat yang merupakan tukang kebun sekolahku tengahsibuk memotong rumput yang sudah mulai memanjang.
Pagi ini sengaja aku datang lebih pagi ke  Sekolah dari hari-hari biasa. Soalnya hari ini papa harus berangkat lebih pagi dari biasanya di karenakan ada Meeting di kantornya. Yah beginilah kalau Cuma nebeng. Mau naik angkutan umum malas mau jalan ke depan kompleks untuk menuju halte terdekat. Jadi terpaksa ikut berangkat lebih pagi. Saking paginya, bahkan dikelaspun masih tampak begitu sepi. Hanya ada beberapa anak saja. Padahal kalau hari-hari biasa, kelasku adalah kelas terajin dan banyak yang hadir tepat waktu. Begitupun Mia dan Excell yang masih belum datang juga. Kerajinan banget deh aku pagi ini.
Aku jadi teringat Excell. Jadi kanget buat curhat dengan dia. Pulang bareng lagi. Hang out bertiga bareng. Bercanda bareng. Semua tentang dia tiba-tiba terlintas di benakku. Padahal baru beberapa hari ini saja aku tidak bersama dia maupun pulang bareng, rasanya sudah lama sekali. Egiatan yang biasa kami bertiga lakukan kini hanya bisa ku lakukan bersama Mia saja. Tapi tetap saja masih terasa ada yang kurang jika tidak di sertai Excell yang biasanya suka bikin suasana jadi kocak kalau lagi kumpul.
Saat tengah asik melamun, tiba-tiba Hpku bergetar. Ada Sms masuk rupanya.
Mia : Cha, sry hri ini q gbsa msuk skolah. Aku lg skit. Jdi nanti keluarnya di btalin ya.
Aku : sakit apa? Yah... Mia, gak bisa jalan bareng dunk
Mia : iya, sry bngt ya cha. Tau nih tiba2 perut mules n kpla pusing bnget
Aku : GWS ya say :*
Ah.. berita bruk macam apa ini di pagi hari yang cerah ini? Semakin membuat penderitaanku bertambah saja. Alamat bakalan kesepian dalah sehari ini. Apalagi aku tidak memiliki jadwal remidial hari ini. Siap-siap aja deh buat nganggur seharian di sekolah. Mia.. kenapa engkau sakit di saat yang tidak tepat seperti ini. Saat aku sama Excell lagi diem-dieman?? Rintihku dalam hati. Andai saja aku sama Excell baik-baik saja dan tidak terjadi cekcok seperti beberapa hari waktu yang lalu. Pasti tanpa Malu ataupun gengsi aku bakalan memintanya untuk menemaniku sehaian penuh selama di sekolah.
Sempat terlintas di pikiranku tentang Nico. Ah, mengapa aku tidak sms dia sajauntuk memintanya menemaniku nongkrong di kantin. Perutku sudah keroncongan banget. Tadi pagi belum sempat sarapan. Ragu-ragu, antara iya dan tidak aku masih menimbang-nimbang untuk mengambil keputusan. Dan hasilnya pun aku memberanikan diri untuk sms Nico.
Aku : kak Dimana? Sudah datangkah? Ngantin yuk
Nico : sorry cha, aku lagi ada urusan.
Yah, begitulah kurang lebih balasan dari pesan singkat yangku kirimkan pada Nico. Sungguh hasil yang mengecewakan. Membuat penderitaanku kali ini semakin lengkap saja.
( ˘ ³˘)♥
Usai sarapan dikantin, aku memutuskan untuk menghabiskan waktuku di perpustakaan sekolah. Siapa tau ada buku menarik yang bisa ku baca. Dari pada harus berdiam diri seharian peenuh di sekolah, mending aku manfaatkan waktuku dengan membaca buku. Ku lirik jam tangan putih pemberian Excell dan Mia saat ulang tahunku yang terakhir kalinya. Jarum jam menunjukkan jam 09.30 Wib. Dan membuatku teringat lagi akan Mia dan Excell. Mia, Excell where are you?? Ternyata mereka memiliki peran penting dalam hidupku. Terbukti di saat seperti ini aku dapat merasakannya.
Belum sempat aku menginjakkan kakiku di perpustakaan, langkahku terhenti seketika saat mendapati Excell dan Merry tak jauh dari tempatku berdiri. Nampaknya Excell sedang membantu Merry berdirikarna terjatuh. Yang di lanjutkan dengan berjalan beriringan. Membuat mereka tampak lebih dekat dan akrab saat mereka tampak bergurai dan tertawa bersama.
Diam-diam  terbesit rasa tidak rela dalam hati. Iri rasanya melihat mereka bercanda bersama yang. Tidak rela melihat orang lain bisa sedekat itu dengan Excell. Andai saja dia tau di sini aku membutuhkannya. Sudah pasti dia akan menemaniku. Tapi, ah sudahlah, lupakan.
Tapi sayang sekali. Sekalipun aku berusaha melupakannya, tapi tetap saja rasa sepi dan sendiri tetap menggagguku. Bahkan saatdiperpustakaan aku tak mampu berkonsentrasi pada buku yang sedang kubaca. Justru mengingatkanku pada Azka. Ya Allah, apa engkau memang sedang ingin menghukumku hari ini? Atau mungkin ini adalah teguran untukku? Berilah kesabaran Allah
( ˘ ³˘)♥
Penderitaanku semakin terasa ketika jam pulang sekolah datang. Sudah berulang kali kulirik layar hp yang aku gletakkan di atas meja, namun tak ada tanda-tanda adanya sms masuk dari Nico untuk mengajakku pulang seperti biasa. Ah, ocha..ngarep banget sih? Tegurku dalam hati. Pacar saja bukan,kenapa pula aku harus mengharapkannya? Biarpun hubungan kami sudah dekat, bahkan sudah sepertisepasang kekasih. Namun tetap saja Nico tak pernah memberikan kejelasan akan hubungan kami.
Rasa jengah menyergapku untuk sekedar menunggu Sms dari Nico yang tak kunjung tiba hingga saat ini. Tepatnya jam 14.30 wib. Akhirnya ku putuskan untuk pulang naik ankotan kota. Apalagi cuaca semakin tak mendukung. Awan hitam tengah membayangi langit yang seharusnya cerah itu. Pertanda akan turunnya hujan.
Namun memang sungguh sial nasibku kali ini. Belum sempat aku sampai di halaman sekolah, hujan turun terlebih dahulu dengan begitu derasnya. Aku berlarian kecil menuju koridor sekolah terdekat untuk berteduh. Bagaimana mungkin aku akan pulang dalam keadaan hujan yang cukup deras seperti ini.
Tampak di kejauhan anak-anak berlalu lalang di gerbang sekolah mengendarai kendaraan mereka masing-masing berusaha melawan hujan. Sempat terlintas di pikiranku untuk pulang saja menembus air hujan yang begitu deras menuju halte depan sekolah. Namun ku urungkan niatku itu dan menunggu hujan sampai sedikit reda.
Belum selesai aku membayangkan lamunanku, ada satu titik pandang yang begitu menyedot perhatianku. Tampak dari arah parkiran Nico sedang membonceng seorang cewek dengan begitu mesrahnya menembus hujan yang turun begitu derasnya. Bahkan sang cewet tidak segan untuk memeluk Nico di Muka umum berusaha menghindari terpaan air hujan yang menimpanya. Membuat sekujur tubuhku terasa lemas dan khilangan energy seketika.
Pandanganku kabur menembus jatuhnya bair hujan dan mengiringi kepergian Nico bersama Cewek itu. Hatiku terasa sakit dan hancur berkeping-keping. Dan air mataku mulai jatuh bercucuran tanpa mampu ku bending lagi. Tekatku sudah bulat untuk menembus derasnya hujan ini untuk segera sampai dirumah. Aku sudah tak mampu lagi berdiam diri lebih lama disini. Begitu sakit hati ini.tak kuasa aku menahan masalah hari ini yang datang bertubi-tubi.
Namun belum sempat aku melangkahkan kakiku di paving halaman sekolah, tiba-tiba seseorang bertangan kekar menarikku dengan sedikit kasar sehingga membuatku terhempas di pelukan orang tersebut yang tak lain adalah Excell. Ku eratkan pelukanku dalam dekapan tubuh Excell. Ingin rasanya aku menumpahkan dan melepas segala beban batinku padanya. Namun bibir tak mampu berucap. Justru isak tangisku yang semakin menjadi. Sedangkan Excell hanya menatapku dengan tatapan sendu an berusaha menenangkanku dengan menggusar rambutku.
“udah cha, udah” kata Excell berusaha menenangkanku. Namun tetap saja tak ku hiraukan dan masih menangis dengan terisak-isak meratapi nasibku yang begitu malang ini. Belum pernah aku mendapatkan perlakuan seperti ini. Baru pertama kali dekat dengan seorang lelaki hingga seperti ini tapi justru di sakiti. Sakit sekali rasnya. Begitu menyesakkan dada. Bagaikan di hantam oleh batu besar yang mendarat di dada. Sakit.
“ Mending kita ke basecamp pramuka saja yuk” ajak Excell mengajakku “ dari pada disini”
“malu cell” jawabku masih dengan terisak. Bagaimana mungkin aku kesana dengan keadaan yang memalukan seperti ini.
“Dari pada disini cha. Ini hujannya semakin deras dan di sertai angin pula. Lihat seragam kamu tuh. Basah kan. Aku juga nih.” Terang Excell membujukkku
Aku pun mengiyakan ajakan Excell. Memang benar, hujan kali ini bukannya semakin reda, justru semakin deras dan di sertai dengan angin kencang yang berhembus.
Beruntung sekolah sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa anak saja yang adadi basecamp pramuka yang sibuk menggarap tugas mereka untuk persiapan kemah.
Disana juga ada merry yang tengah sibuk menggetik seduatu di laptop. Membuatku merasa sedikit tak enak hati padanya. Excell mempersilahkan aku masuk dan memberiku segelas air mineral padaku.



“ loh Cha, cell.kalian dari mana? Kok pada basah-basahan gitu? “ tanyaMerry “ hayo jangan-jangan abis main hujan-hujanan bareng ya? Ciee” goda merry sedangkan Excell tampak memberi isyarat kepada merry untk diam.
Aku masih tetap terdiam dan menikmati air minum yang diberikan Excell tadi untuk menenangkan pikiranku yang masih kacau.
“Nih cha, pakai jaktku” pinta Excell memberikan jaket baseboll merahnya
Aku menerimanya dan menggunakan jaket itu. Jujur saja, aku kedinginan sekali. Apalagi perut kosong yang baru di isi tadi pagi saja  waktu di kantin.
( ˘ ³˘)♥
Satu setengah jam kemudian, hujan tampak sudah mulai sedikit reda. Akupun berniat untuk pamit dan pulang terlebih dahulu.
“Aku pulang dulu  ya cell. Thanks buat tumpangannya berteduh” pamitku undur diri dengan suasana yang masih canggung antara aku dan Excell.
“aku anter ya” ointa Excell menawarkan diri
“ga perlu cell. Aku masih bisa pulang sendiri kok. Mending kamu anterin merry  aja ya” tolakku dengan halus namun mengandung kalimat sindiran di dalamnya.
Aku bergegas bangun dari tempat dudukku dan pergi. Namun Excell justru menahanku untuk pergi.
“Aku anter !!” pinta Excell yang kali ini sedikit memaksa “ Merry pulang bareng sama Rio. Iyakan Mer?” Tanya Excell memastikan
Sedangkan   saat itu Merry hanya mengiyakan dengan nada sinis dan tatapan mata yang tajam ke arahku dan Excell. Aku yakin, Excell berkata seperti itu hanyalah untuk beralasan. Sebenarnya tak ada rencana Rio untuk mengantarkan Merry pulang. Dan dengan senang hati aku mengiyakan permintaan Excell. Namun masih tetap dengan gayaku yang sok enggan pulang bersama Excell karena Gengsi dan malu.
Bahkan sampai di gerbang rumahku, Excell sempat mengatakan sesuatu di tengah gerimis hujan yang masih jatuh ke bumi.
“Cha.. gue enggak ada apa-apa sama Merry. Jadi aku harap kamu gak berfikiran macem-macem “ terang Excell tiba-tiba
“hm.. ada apa-apa pun gak apa kok. Toh kenapa pula kamu haru smengatakan itu padaku? Aku gak apa kok” terangku sedikit berbohong
mendengar jawabanku yang seperti itu Excell hanya terdiam menatapku tajam. Aku takmengerti apa yang ada di benak Excell saatitu secaratiba-tiba bersikap seperti itu.
( ˘ ³˘)♥