SEBELAS ( ˘ ³˘)♥
Suasana Basket kali ini masih tampak sepi. Hanya ada beberapa anak saja yang berlalu
lalang melewati lapangan Basket yang terletak tepat di depan kelasku. Sedangkan
di sudut-sudut taman kelas tampak pak Mat yang merupakan tukang kebun sekolahku
tengahsibuk memotong rumput yang sudah mulai memanjang.
Pagi ini sengaja aku datang lebih pagi ke Sekolah dari hari-hari biasa. Soalnya hari
ini papa harus berangkat lebih pagi dari biasanya di karenakan ada Meeting di
kantornya. Yah beginilah kalau Cuma nebeng. Mau naik angkutan umum malas mau
jalan ke depan kompleks untuk menuju halte terdekat. Jadi terpaksa ikut
berangkat lebih pagi. Saking paginya, bahkan dikelaspun masih tampak begitu
sepi. Hanya ada beberapa anak saja. Padahal kalau hari-hari biasa, kelasku adalah
kelas terajin dan banyak yang hadir tepat waktu. Begitupun Mia dan Excell yang
masih belum datang juga. Kerajinan banget deh aku pagi ini.
Aku jadi teringat Excell. Jadi kanget buat
curhat dengan dia. Pulang bareng lagi. Hang out bertiga bareng. Bercanda
bareng. Semua tentang dia tiba-tiba terlintas di benakku. Padahal baru beberapa
hari ini saja aku tidak bersama dia maupun pulang bareng, rasanya sudah lama
sekali. Egiatan yang biasa kami bertiga lakukan kini hanya bisa ku lakukan
bersama Mia saja. Tapi tetap saja masih terasa ada yang kurang jika tidak di
sertai Excell yang biasanya suka bikin suasana jadi kocak kalau lagi kumpul.
Saat tengah asik melamun, tiba-tiba Hpku
bergetar. Ada Sms masuk rupanya.
Mia : Cha, sry hri ini q gbsa msuk skolah. Aku lg skit.
Jdi nanti keluarnya di btalin ya.
Aku : sakit apa? Yah... Mia, gak bisa jalan bareng dunk
Mia : iya, sry bngt ya cha. Tau nih tiba2 perut mules n
kpla pusing bnget
Aku : GWS ya say :*
Ah.. berita bruk macam apa ini di pagi hari
yang cerah ini? Semakin membuat penderitaanku bertambah saja. Alamat bakalan
kesepian dalah sehari ini. Apalagi aku tidak memiliki jadwal remidial hari ini.
Siap-siap aja deh buat nganggur seharian di sekolah. Mia.. kenapa engkau sakit
di saat yang tidak tepat seperti ini. Saat aku sama Excell lagi diem-dieman??
Rintihku dalam hati. Andai saja aku sama Excell baik-baik saja dan tidak
terjadi cekcok seperti beberapa hari waktu yang lalu. Pasti tanpa Malu ataupun
gengsi aku bakalan memintanya untuk menemaniku sehaian penuh selama di sekolah.
Sempat terlintas di pikiranku tentang Nico.
Ah, mengapa aku tidak sms dia sajauntuk memintanya menemaniku nongkrong di
kantin. Perutku sudah keroncongan banget. Tadi pagi belum sempat sarapan.
Ragu-ragu, antara iya dan tidak aku masih menimbang-nimbang untuk mengambil
keputusan. Dan hasilnya pun aku memberanikan diri untuk sms Nico.
Aku : kak Dimana? Sudah datangkah? Ngantin yuk
Nico : sorry cha, aku lagi ada urusan.
Yah, begitulah kurang lebih balasan dari pesan
singkat yangku kirimkan pada Nico. Sungguh hasil yang mengecewakan. Membuat
penderitaanku kali ini semakin lengkap saja.
( ˘ ³˘)♥
Usai sarapan dikantin, aku memutuskan untuk
menghabiskan waktuku di perpustakaan sekolah. Siapa tau ada buku menarik yang
bisa ku baca. Dari pada harus berdiam diri seharian peenuh di sekolah, mending
aku manfaatkan waktuku dengan membaca buku. Ku lirik jam tangan putih pemberian
Excell dan Mia saat ulang tahunku yang terakhir kalinya. Jarum jam menunjukkan
jam 09.30 Wib. Dan membuatku teringat lagi akan Mia dan Excell. Mia, Excell
where are you?? Ternyata mereka memiliki peran penting dalam hidupku. Terbukti
di saat seperti ini aku dapat merasakannya.
Belum sempat aku menginjakkan kakiku di
perpustakaan, langkahku terhenti seketika saat mendapati Excell dan Merry tak jauh
dari tempatku berdiri. Nampaknya Excell sedang membantu Merry berdirikarna
terjatuh. Yang di lanjutkan dengan berjalan beriringan. Membuat mereka tampak
lebih dekat dan akrab saat mereka tampak bergurai dan tertawa bersama.
Diam-diam
terbesit rasa tidak rela dalam hati. Iri rasanya melihat mereka bercanda
bersama yang. Tidak rela melihat orang lain bisa sedekat itu dengan Excell.
Andai saja dia tau di sini aku membutuhkannya. Sudah pasti dia akan menemaniku.
Tapi, ah sudahlah, lupakan.
Tapi sayang sekali. Sekalipun aku berusaha
melupakannya, tapi tetap saja rasa sepi dan sendiri tetap menggagguku. Bahkan
saatdiperpustakaan aku tak mampu berkonsentrasi pada buku yang sedang kubaca.
Justru mengingatkanku pada Azka. Ya Allah, apa engkau memang sedang ingin
menghukumku hari ini? Atau mungkin ini adalah teguran untukku? Berilah
kesabaran Allah
( ˘ ³˘)♥
Penderitaanku semakin terasa ketika jam pulang
sekolah datang. Sudah berulang kali kulirik layar hp yang aku gletakkan di atas
meja, namun tak ada tanda-tanda adanya sms masuk dari Nico untuk mengajakku
pulang seperti biasa. Ah, ocha..ngarep banget sih? Tegurku dalam hati.
Pacar saja bukan,kenapa pula aku harus mengharapkannya? Biarpun hubungan kami sudah
dekat, bahkan sudah sepertisepasang kekasih. Namun tetap saja Nico tak pernah
memberikan kejelasan akan hubungan kami.
Rasa jengah menyergapku untuk sekedar menunggu Sms dari Nico yang
tak kunjung tiba hingga saat ini. Tepatnya jam 14.30 wib. Akhirnya ku putuskan
untuk pulang naik ankotan kota. Apalagi cuaca semakin tak mendukung. Awan hitam
tengah membayangi langit yang seharusnya cerah itu. Pertanda akan turunnya
hujan.
Namun memang sungguh sial nasibku kali ini. Belum sempat aku sampai
di halaman sekolah, hujan turun terlebih dahulu dengan begitu derasnya. Aku
berlarian kecil menuju koridor sekolah terdekat untuk berteduh. Bagaimana
mungkin aku akan pulang dalam keadaan hujan yang cukup deras seperti ini.
Tampak di kejauhan anak-anak berlalu lalang di gerbang sekolah
mengendarai kendaraan mereka masing-masing berusaha melawan hujan. Sempat
terlintas di pikiranku untuk pulang saja menembus air hujan yang begitu deras
menuju halte depan sekolah. Namun ku urungkan niatku itu dan menunggu hujan
sampai sedikit reda.
Belum selesai aku membayangkan lamunanku, ada satu titik pandang
yang begitu menyedot perhatianku. Tampak dari arah parkiran Nico sedang
membonceng seorang cewek dengan begitu mesrahnya menembus hujan yang turun
begitu derasnya. Bahkan sang cewet tidak segan untuk memeluk Nico di Muka umum
berusaha menghindari terpaan air hujan yang menimpanya. Membuat sekujur tubuhku
terasa lemas dan khilangan energy seketika.
Pandanganku kabur menembus jatuhnya bair hujan dan mengiringi
kepergian Nico bersama Cewek itu. Hatiku terasa sakit dan hancur
berkeping-keping. Dan air mataku mulai jatuh bercucuran tanpa mampu ku bending
lagi. Tekatku sudah bulat untuk menembus derasnya hujan ini untuk segera sampai
dirumah. Aku sudah tak mampu lagi berdiam diri lebih lama disini. Begitu sakit
hati ini.tak kuasa aku menahan masalah hari ini yang datang bertubi-tubi.
Namun belum sempat aku melangkahkan kakiku di paving halaman
sekolah, tiba-tiba seseorang bertangan kekar menarikku dengan sedikit kasar
sehingga membuatku terhempas di pelukan orang tersebut yang tak lain adalah
Excell. Ku eratkan pelukanku dalam dekapan tubuh Excell. Ingin rasanya aku
menumpahkan dan melepas segala beban batinku padanya. Namun bibir tak mampu
berucap. Justru isak tangisku yang semakin menjadi. Sedangkan Excell hanya
menatapku dengan tatapan sendu an berusaha menenangkanku dengan menggusar
rambutku.
“udah cha, udah” kata Excell berusaha menenangkanku. Namun tetap saja tak ku hiraukan dan masih
menangis dengan terisak-isak meratapi nasibku yang begitu malang ini. Belum
pernah aku mendapatkan perlakuan seperti ini. Baru pertama kali dekat dengan
seorang lelaki hingga seperti ini tapi justru di sakiti. Sakit sekali rasnya.
Begitu menyesakkan dada. Bagaikan di hantam oleh batu besar yang mendarat di
dada. Sakit.
“ Mending kita ke basecamp pramuka saja yuk”
ajak Excell mengajakku “ dari pada disini”
“malu cell” jawabku masih dengan terisak.
Bagaimana mungkin aku kesana dengan keadaan yang memalukan seperti ini.
“Dari pada disini cha. Ini hujannya semakin
deras dan di sertai angin pula. Lihat seragam kamu tuh. Basah kan. Aku juga
nih.” Terang Excell membujukkku
Aku pun mengiyakan ajakan Excell. Memang
benar, hujan kali ini bukannya semakin reda, justru semakin deras dan di sertai
dengan angin kencang yang berhembus.
Beruntung sekolah sudah mulai sepi. Hanya ada
beberapa anak saja yang adadi basecamp pramuka yang sibuk menggarap tugas
mereka untuk persiapan kemah.
Disana juga ada merry yang tengah sibuk
menggetik seduatu di laptop. Membuatku merasa sedikit tak enak hati padanya.
Excell mempersilahkan aku masuk dan memberiku segelas air mineral padaku.
“ loh Cha,
cell.kalian dari mana? Kok pada basah-basahan gitu? “ tanyaMerry “ hayo
jangan-jangan abis main hujan-hujanan bareng ya? Ciee” goda merry sedangkan
Excell tampak memberi isyarat kepada merry untk diam.
Aku masih tetap
terdiam dan menikmati air minum yang diberikan Excell tadi untuk menenangkan
pikiranku yang masih kacau.
“Nih cha, pakai
jaktku” pinta Excell memberikan jaket baseboll merahnya
Aku menerimanya
dan menggunakan jaket itu. Jujur saja, aku kedinginan sekali. Apalagi perut
kosong yang baru di isi tadi pagi saja
waktu di kantin.
( ˘ ³˘)♥
Satu setengah jam kemudian, hujan tampak sudah
mulai sedikit reda. Akupun berniat untuk pamit dan pulang terlebih dahulu.
“Aku pulang dulu ya cell. Thanks buat tumpangannya berteduh” pamitku undur diri dengan suasana yang masih canggung antara aku
dan Excell.
“aku anter ya” ointa Excell menawarkan diri
“ga perlu cell. Aku masih bisa pulang sendiri kok. Mending kamu
anterin merry aja ya” tolakku dengan halus
namun mengandung kalimat sindiran di dalamnya.
Aku bergegas bangun dari tempat dudukku dan pergi. Namun Excell
justru menahanku untuk pergi.
“Aku anter !!” pinta Excell yang kali ini sedikit memaksa “ Merry
pulang bareng sama Rio. Iyakan Mer?” Tanya Excell memastikan
Sedangkan saat itu Merry hanya
mengiyakan dengan nada sinis dan tatapan mata yang tajam ke arahku dan Excell.
Aku yakin, Excell berkata seperti itu hanyalah untuk beralasan. Sebenarnya tak
ada rencana Rio untuk mengantarkan Merry pulang. Dan dengan senang hati aku
mengiyakan permintaan Excell. Namun masih tetap dengan gayaku yang sok enggan
pulang bersama Excell karena Gengsi dan malu.
Bahkan sampai di gerbang rumahku, Excell sempat mengatakan sesuatu
di tengah gerimis hujan yang masih jatuh ke bumi.
“Cha.. gue enggak ada apa-apa sama Merry. Jadi aku harap kamu gak
berfikiran macem-macem “ terang Excell tiba-tiba
“hm.. ada apa-apa pun gak apa kok. Toh kenapa pula kamu haru
smengatakan itu padaku? Aku gak apa kok” terangku sedikit berbohong
mendengar jawabanku yang seperti itu Excell hanya terdiam menatapku
tajam. Aku takmengerti apa yang ada di benak Excell saatitu secaratiba-tiba
bersikap seperti itu.
( ˘ ³˘)♥