Minggu, 25 November 2012

Arti Cinta Part : 11


SEBELAS ( ˘ ³˘)♥
Suasana Basket kali ini masih tampak sepi. Hanya ada beberapa anak saja yang berlalu lalang melewati lapangan Basket yang terletak tepat di depan kelasku. Sedangkan di sudut-sudut taman kelas tampak pak Mat yang merupakan tukang kebun sekolahku tengahsibuk memotong rumput yang sudah mulai memanjang.
Pagi ini sengaja aku datang lebih pagi ke  Sekolah dari hari-hari biasa. Soalnya hari ini papa harus berangkat lebih pagi dari biasanya di karenakan ada Meeting di kantornya. Yah beginilah kalau Cuma nebeng. Mau naik angkutan umum malas mau jalan ke depan kompleks untuk menuju halte terdekat. Jadi terpaksa ikut berangkat lebih pagi. Saking paginya, bahkan dikelaspun masih tampak begitu sepi. Hanya ada beberapa anak saja. Padahal kalau hari-hari biasa, kelasku adalah kelas terajin dan banyak yang hadir tepat waktu. Begitupun Mia dan Excell yang masih belum datang juga. Kerajinan banget deh aku pagi ini.
Aku jadi teringat Excell. Jadi kanget buat curhat dengan dia. Pulang bareng lagi. Hang out bertiga bareng. Bercanda bareng. Semua tentang dia tiba-tiba terlintas di benakku. Padahal baru beberapa hari ini saja aku tidak bersama dia maupun pulang bareng, rasanya sudah lama sekali. Egiatan yang biasa kami bertiga lakukan kini hanya bisa ku lakukan bersama Mia saja. Tapi tetap saja masih terasa ada yang kurang jika tidak di sertai Excell yang biasanya suka bikin suasana jadi kocak kalau lagi kumpul.
Saat tengah asik melamun, tiba-tiba Hpku bergetar. Ada Sms masuk rupanya.
Mia : Cha, sry hri ini q gbsa msuk skolah. Aku lg skit. Jdi nanti keluarnya di btalin ya.
Aku : sakit apa? Yah... Mia, gak bisa jalan bareng dunk
Mia : iya, sry bngt ya cha. Tau nih tiba2 perut mules n kpla pusing bnget
Aku : GWS ya say :*
Ah.. berita bruk macam apa ini di pagi hari yang cerah ini? Semakin membuat penderitaanku bertambah saja. Alamat bakalan kesepian dalah sehari ini. Apalagi aku tidak memiliki jadwal remidial hari ini. Siap-siap aja deh buat nganggur seharian di sekolah. Mia.. kenapa engkau sakit di saat yang tidak tepat seperti ini. Saat aku sama Excell lagi diem-dieman?? Rintihku dalam hati. Andai saja aku sama Excell baik-baik saja dan tidak terjadi cekcok seperti beberapa hari waktu yang lalu. Pasti tanpa Malu ataupun gengsi aku bakalan memintanya untuk menemaniku sehaian penuh selama di sekolah.
Sempat terlintas di pikiranku tentang Nico. Ah, mengapa aku tidak sms dia sajauntuk memintanya menemaniku nongkrong di kantin. Perutku sudah keroncongan banget. Tadi pagi belum sempat sarapan. Ragu-ragu, antara iya dan tidak aku masih menimbang-nimbang untuk mengambil keputusan. Dan hasilnya pun aku memberanikan diri untuk sms Nico.
Aku : kak Dimana? Sudah datangkah? Ngantin yuk
Nico : sorry cha, aku lagi ada urusan.
Yah, begitulah kurang lebih balasan dari pesan singkat yangku kirimkan pada Nico. Sungguh hasil yang mengecewakan. Membuat penderitaanku kali ini semakin lengkap saja.
( ˘ ³˘)♥
Usai sarapan dikantin, aku memutuskan untuk menghabiskan waktuku di perpustakaan sekolah. Siapa tau ada buku menarik yang bisa ku baca. Dari pada harus berdiam diri seharian peenuh di sekolah, mending aku manfaatkan waktuku dengan membaca buku. Ku lirik jam tangan putih pemberian Excell dan Mia saat ulang tahunku yang terakhir kalinya. Jarum jam menunjukkan jam 09.30 Wib. Dan membuatku teringat lagi akan Mia dan Excell. Mia, Excell where are you?? Ternyata mereka memiliki peran penting dalam hidupku. Terbukti di saat seperti ini aku dapat merasakannya.
Belum sempat aku menginjakkan kakiku di perpustakaan, langkahku terhenti seketika saat mendapati Excell dan Merry tak jauh dari tempatku berdiri. Nampaknya Excell sedang membantu Merry berdirikarna terjatuh. Yang di lanjutkan dengan berjalan beriringan. Membuat mereka tampak lebih dekat dan akrab saat mereka tampak bergurai dan tertawa bersama.
Diam-diam  terbesit rasa tidak rela dalam hati. Iri rasanya melihat mereka bercanda bersama yang. Tidak rela melihat orang lain bisa sedekat itu dengan Excell. Andai saja dia tau di sini aku membutuhkannya. Sudah pasti dia akan menemaniku. Tapi, ah sudahlah, lupakan.
Tapi sayang sekali. Sekalipun aku berusaha melupakannya, tapi tetap saja rasa sepi dan sendiri tetap menggagguku. Bahkan saatdiperpustakaan aku tak mampu berkonsentrasi pada buku yang sedang kubaca. Justru mengingatkanku pada Azka. Ya Allah, apa engkau memang sedang ingin menghukumku hari ini? Atau mungkin ini adalah teguran untukku? Berilah kesabaran Allah
( ˘ ³˘)♥
Penderitaanku semakin terasa ketika jam pulang sekolah datang. Sudah berulang kali kulirik layar hp yang aku gletakkan di atas meja, namun tak ada tanda-tanda adanya sms masuk dari Nico untuk mengajakku pulang seperti biasa. Ah, ocha..ngarep banget sih? Tegurku dalam hati. Pacar saja bukan,kenapa pula aku harus mengharapkannya? Biarpun hubungan kami sudah dekat, bahkan sudah sepertisepasang kekasih. Namun tetap saja Nico tak pernah memberikan kejelasan akan hubungan kami.
Rasa jengah menyergapku untuk sekedar menunggu Sms dari Nico yang tak kunjung tiba hingga saat ini. Tepatnya jam 14.30 wib. Akhirnya ku putuskan untuk pulang naik ankotan kota. Apalagi cuaca semakin tak mendukung. Awan hitam tengah membayangi langit yang seharusnya cerah itu. Pertanda akan turunnya hujan.
Namun memang sungguh sial nasibku kali ini. Belum sempat aku sampai di halaman sekolah, hujan turun terlebih dahulu dengan begitu derasnya. Aku berlarian kecil menuju koridor sekolah terdekat untuk berteduh. Bagaimana mungkin aku akan pulang dalam keadaan hujan yang cukup deras seperti ini.
Tampak di kejauhan anak-anak berlalu lalang di gerbang sekolah mengendarai kendaraan mereka masing-masing berusaha melawan hujan. Sempat terlintas di pikiranku untuk pulang saja menembus air hujan yang begitu deras menuju halte depan sekolah. Namun ku urungkan niatku itu dan menunggu hujan sampai sedikit reda.
Belum selesai aku membayangkan lamunanku, ada satu titik pandang yang begitu menyedot perhatianku. Tampak dari arah parkiran Nico sedang membonceng seorang cewek dengan begitu mesrahnya menembus hujan yang turun begitu derasnya. Bahkan sang cewet tidak segan untuk memeluk Nico di Muka umum berusaha menghindari terpaan air hujan yang menimpanya. Membuat sekujur tubuhku terasa lemas dan khilangan energy seketika.
Pandanganku kabur menembus jatuhnya bair hujan dan mengiringi kepergian Nico bersama Cewek itu. Hatiku terasa sakit dan hancur berkeping-keping. Dan air mataku mulai jatuh bercucuran tanpa mampu ku bending lagi. Tekatku sudah bulat untuk menembus derasnya hujan ini untuk segera sampai dirumah. Aku sudah tak mampu lagi berdiam diri lebih lama disini. Begitu sakit hati ini.tak kuasa aku menahan masalah hari ini yang datang bertubi-tubi.
Namun belum sempat aku melangkahkan kakiku di paving halaman sekolah, tiba-tiba seseorang bertangan kekar menarikku dengan sedikit kasar sehingga membuatku terhempas di pelukan orang tersebut yang tak lain adalah Excell. Ku eratkan pelukanku dalam dekapan tubuh Excell. Ingin rasanya aku menumpahkan dan melepas segala beban batinku padanya. Namun bibir tak mampu berucap. Justru isak tangisku yang semakin menjadi. Sedangkan Excell hanya menatapku dengan tatapan sendu an berusaha menenangkanku dengan menggusar rambutku.
“udah cha, udah” kata Excell berusaha menenangkanku. Namun tetap saja tak ku hiraukan dan masih menangis dengan terisak-isak meratapi nasibku yang begitu malang ini. Belum pernah aku mendapatkan perlakuan seperti ini. Baru pertama kali dekat dengan seorang lelaki hingga seperti ini tapi justru di sakiti. Sakit sekali rasnya. Begitu menyesakkan dada. Bagaikan di hantam oleh batu besar yang mendarat di dada. Sakit.
“ Mending kita ke basecamp pramuka saja yuk” ajak Excell mengajakku “ dari pada disini”
“malu cell” jawabku masih dengan terisak. Bagaimana mungkin aku kesana dengan keadaan yang memalukan seperti ini.
“Dari pada disini cha. Ini hujannya semakin deras dan di sertai angin pula. Lihat seragam kamu tuh. Basah kan. Aku juga nih.” Terang Excell membujukkku
Aku pun mengiyakan ajakan Excell. Memang benar, hujan kali ini bukannya semakin reda, justru semakin deras dan di sertai dengan angin kencang yang berhembus.
Beruntung sekolah sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa anak saja yang adadi basecamp pramuka yang sibuk menggarap tugas mereka untuk persiapan kemah.
Disana juga ada merry yang tengah sibuk menggetik seduatu di laptop. Membuatku merasa sedikit tak enak hati padanya. Excell mempersilahkan aku masuk dan memberiku segelas air mineral padaku.



“ loh Cha, cell.kalian dari mana? Kok pada basah-basahan gitu? “ tanyaMerry “ hayo jangan-jangan abis main hujan-hujanan bareng ya? Ciee” goda merry sedangkan Excell tampak memberi isyarat kepada merry untk diam.
Aku masih tetap terdiam dan menikmati air minum yang diberikan Excell tadi untuk menenangkan pikiranku yang masih kacau.
“Nih cha, pakai jaktku” pinta Excell memberikan jaket baseboll merahnya
Aku menerimanya dan menggunakan jaket itu. Jujur saja, aku kedinginan sekali. Apalagi perut kosong yang baru di isi tadi pagi saja  waktu di kantin.
( ˘ ³˘)♥
Satu setengah jam kemudian, hujan tampak sudah mulai sedikit reda. Akupun berniat untuk pamit dan pulang terlebih dahulu.
“Aku pulang dulu  ya cell. Thanks buat tumpangannya berteduh” pamitku undur diri dengan suasana yang masih canggung antara aku dan Excell.
“aku anter ya” ointa Excell menawarkan diri
“ga perlu cell. Aku masih bisa pulang sendiri kok. Mending kamu anterin merry  aja ya” tolakku dengan halus namun mengandung kalimat sindiran di dalamnya.
Aku bergegas bangun dari tempat dudukku dan pergi. Namun Excell justru menahanku untuk pergi.
“Aku anter !!” pinta Excell yang kali ini sedikit memaksa “ Merry pulang bareng sama Rio. Iyakan Mer?” Tanya Excell memastikan
Sedangkan   saat itu Merry hanya mengiyakan dengan nada sinis dan tatapan mata yang tajam ke arahku dan Excell. Aku yakin, Excell berkata seperti itu hanyalah untuk beralasan. Sebenarnya tak ada rencana Rio untuk mengantarkan Merry pulang. Dan dengan senang hati aku mengiyakan permintaan Excell. Namun masih tetap dengan gayaku yang sok enggan pulang bersama Excell karena Gengsi dan malu.
Bahkan sampai di gerbang rumahku, Excell sempat mengatakan sesuatu di tengah gerimis hujan yang masih jatuh ke bumi.
“Cha.. gue enggak ada apa-apa sama Merry. Jadi aku harap kamu gak berfikiran macem-macem “ terang Excell tiba-tiba
“hm.. ada apa-apa pun gak apa kok. Toh kenapa pula kamu haru smengatakan itu padaku? Aku gak apa kok” terangku sedikit berbohong
mendengar jawabanku yang seperti itu Excell hanya terdiam menatapku tajam. Aku takmengerti apa yang ada di benak Excell saatitu secaratiba-tiba bersikap seperti itu.
( ˘ ³˘)♥





Senin, 15 Oktober 2012

Novel: Ari Cinta 10


SEPULUH ( ˘ ³˘)♥
 Pagi ini seperti biasa aku diantarkan kesekolah bersama papa tercinta. Hari ini memang classmeet disekolah. Jadi tidak perlu repot-repot membawa buku pelajaran lagi. Saat-saat seperti ini merupakan surga dunia bagi anak sekolah. Dimana kita bebas melakukan apa saja yang penting tetap positif disekolah. Kecuali bagi anak yang punya tanggungan remidial.
Tampak Mia dan Excell tengah asik duduk di bangku koridor sekolah. Ku hampiri mereka dengan wajah Ceria. Secerah hari ini dengan adanya matahari yang begitu terik.
“ Haiii..” sapaku mengagetkan mereka yang tampaknya tengah asik mengerjakan soal Fisika
“ ih ocha.. ngagetin aja sih” keluh Mia yang masih tampak kaget dengan mengelus-elus dadanya. Sedangkan Excell masih tampak sibuk dengan soal yang di kerjakannya.
“ garap apa sih cell. Serius banet” godaku mengganggu Excell dengan mengambil soal yang dikerjakannya.
“ apaan sih cha. Balikin gak” pinta Excell sembari merampas begitu saja soal tersebut dari tanganku dengan kasar. Membuat hatiku terenyuh dan bungkam seketika.
Aku hanya terdiam setelah Excell memperlakukanku seperti itu. Tampaknya Excell memang sedang tak ingin di ganggu. Mia tampak melirik ke arahku dengan memberi Isyarat agar aku tak menggaggunya terlebih dahulu.
Selesai Excell mengerjakan soal yang di kerjakannya. Suasana jadi hening seketika.
“ eh, ntar jalan ke mall yuk. Kan udah selesai nih ujiannya. Brarti udah pada bebas dunk” kata Mia berusaha mencari toppik pembicaraan untuk mencairkan suasana pagi ini
“ wah, boleh boleh. Sekalian aku mau cari kaus kaki “ jawabku antusias”trus mampir di cafe biasa ya”
“ aku gak ikut deh. Soalnya ntar ada acara sama anak Pramuka” potong Excell menolak ajakan Mia “ eh, aku ke Rio dulu ya. Soalnya tadi mau ke bu Mus buat nganterin soal ini sama jawabannya” pamit Excell mohon undur diri dan langsung pergi dari hadapan kami
“ eh, si Excell kenapa sih?” tanya ku pada Mia yang hanya mendapat respon gelengan kepala dan angkat bahu oertanda dia juga tidak tau kenapa.
“ aneh banget deh dia hari ini. Mana mukanya lecek gitu” kataku mengoreksi penampilan Excell yang memang tampak tidak seperti biasanya itu.
“ udahlah, plingan dia Cuma lagi gak pengen di ganggu aja kali ini” lanjut Mia
“jadi ntar jadi gak nih jalan. Bikin gue males aja tuh orang” protesku
“gakusah deh, tunggu dia mau aja jalan bareng”
Yah, hari ini memang cukup bête. Padahal seharusnya waktu classmeet seperti ini adalah waktu yang menyenangkan, namun kali ini sebaliknya. Kuputuskan untuk duduk di pinggiran taman depat sekolah sembari melihat anak-anak main volley bersama Mia. Tampak dari kejauhan Nico mendekatiku.
“ Hai cha” sapa Nico saat sudah berada di hadapanku
“ hai kak.. dari mana nih? Enggak remedial?” tanyaku basa basi
“ weh, nico remedial? Enggak dunk cha.. hehhe”
“ hahahaha ya sapa tau. Kan aku Cuma Tanya kak”
“ eh, ntar pulang bareng ya” pinta Nico. Aku terdiam beberapa detik kemudian.
“ em.. boleh deh kak” balasku mengiyakan ajakan Nico itu. Dan dia pamit undur diri menjauh dari taman sekolah.
“ eh cha, kamu gak pulang sama Excell kah?” Tanya Mia
“ enggak deh. Kamu tau sendiri dia kayak gitu tadi. Apa iya dia mau nganterin balik. Toh dia lagi sibuk sama pramukanya tuh” celotehku panjang lebar sembari menikmati permainan volley di tengah lapangan yang sedang berlangsung.
“ ya ampun ocha, gak peka banget sih” keluh Mia
“ peka apanya sih?” tanyaku masih tidak dapat memahami kata-kata Mia. Namun Mia tidak mempunyai inisiatif untuk melanjutkan pembicaraan kita.
( ˘ ³˘)♥
Ini merupakan hari kedua clasmeet disekolah. Suasana disekolah masih tetap ramai seperti hari kemarin. Ada yang tengah asik berolahraga baik itu volley, futsal, badminton, maupun yang lainnya. Ada pula yang sekedar nongkrong dan ngobrol dengan temannya. Dan  Kali ini aku lebih memilih  untuk nongkrong dikantin bersama Mia dan Excell juga.
“ Cie.. senengnya yang habis di anterin sama Nico, jadi lupa daratan” sindir Mia ketika menyadari aku tengah melamun dan cengar-cengir sendiri
“ apaan sih ngaco deh”
“ awas, hati-hati aja. Mendingan jangan terlalu ngasih hati deh sama dia. Kamukan belum tau dia orangnya gimana” jelas Excell tiba-tiba
“ em.. enggak kok, dia baik kok cell. Malah kemarin waktu pulang bareng dia ngasi aku kalung ini” terangku sembari menunjukkan kalung pemberian Nico yang aku pakai hari ini. “ duh, perhatian banget deh dia pokoknya”
“ ya udah kalau gak percaya” terang Excell
Saat kami tengah asik ngobrol, tiba-tiba merry datang menghampiri kami.
“ hai..” sapanya  basa-basi “ eh, sorry ya ganggu ada perlu sama Excell nih” pinta Merry berpamitan terlebih dahulu pada kita. Syukur deh kalau tau diri bahwasannya dia menggaggu pembicaraan kami yang mulai seru ini.
“ ada apa mer?” Tanya Excell yang di ikuti merry duduk disamping Excell
“ eh, ntar di suruh Kirim proposal kemah secepatnya nih ke pak Broto. Tapi proposalnya masih belum kelar. Ntar bantuin nyusunnya ya di bascamp pramuka” pinta Merry
“ oke deh, lhat ntar aja yah mer” jawab excel. Sedangkan Merry mengiyakan dan pamit undur diri.
“ yah, pertanda ntar gak dapet tebengan deh gue kayae” selaku tiba-tiba saat merry telah undur diri. Niatnya sih ngajak  bercnda Excell
“ hem.. bukannya sekarang udah punya ojek baru ya?” cibir Excell
“ ye.. tapikan enggak segitunya kali. Masak iya mau tiap hari. Kalau gak di ajakin ya enggak enak lah cell” terangku
“oh, jadi gue Cuma di buat ban serep nih? Trus sama gue enak-enak aja gitu “
“ ya gak gitu juga sih. Ih kamu knapa sih. Orang Cuma bercanda ini. Kalau gak ikhlas di tebengin ya udah. Gak bakalan deh aku nebeng lagi” jawabku ketus
Suasana menjadi hening beberapa saat saat percakapan antara aku dan Excell mulai menimbulkan perdebatan batin ini. Walaupun fisik kami tampak biasa dan tidak ada pertentangan.namun aku yakin saat ini sedang terjadi perdebatan batin antara aku dan Excell. Excel tampak aneh akhir-akhir ini.
“ udah ah, mendingan kita besok pulang sekolah jalan-jalan sambil nonton. Gimana?” Tanya Mia menengahi. Aku yakin Mia pun merasakan hal yang sama sepertiku
“ lhat besok deh” jawabku dan Excell hampir bersamaan.
( ˘ ³˘)♥
Pulang sekolah kali ini beruntung ada Nico yang menawarkanku untuk pulang bareng. Jadiaku tidak perlu susah payah untuk naik angkot. Apalagi di cuaca yang terik seperti ini. Sejak pembicaraanku dengan Excell tadi aku bertekat enggan pulang bersama Excell kalau bukan dia yang ngajakin. Lebih baik naik anglot dari pada harus mengemis padanya.
Namun saat di gerbang sekolah, tak sengaja aku melihat Excell dan Merry tampak asik bercanda di atas motor Excell. Tampaknya mereka akan keluar bersama. Tapi entah kemana. Bukankah tadi Merry meminta Excell buat bikin proposal untuk kemah? Tapi kok malah keluyuran? Emang modus aja kali tuh si Merry! Keluhku dalam hati. Entah mengapa terbesit rasa tidak rela melihat Excell bersama orang lain kecuali aku dan Mia. Membuatku cemburu social. Ah, kenapa jadi jealous begini. Itukan urusan mereka. Toh, aku pulang sama Nico Excell tidak pernah protes sama aku.
“ ayo cha” ajak Nico yang membubarkan lamunanku tentang Excell
“ oh, iya kak” balasku sembari menaiki motor Nico.
Sepanjang  perjalanan entah mengapa aku tidak merasakan kebahagiaan seperti biasanya saat aku bersama Nico. Kali ini ada sesuatu yang beda dan membuatku tak nyaman. Apakah iya karena Excell tadi? Ah, bukan. Mungkin saja Karena kecapekan hari ini.
Sesampai dirumahpun moodku masih tetap buruk. Dengan malas-malasan aku menuju kamarku. Ku hempaskan tubuhku ke ranjang yang empuk. Pikiranku masih saja tetap melayang entah kemana.
Arghh.. Excell sial. Kenapa pula dia merusak hari indahku bersama Nico. Apakah karna sikapnya yang tiba-tiba cuek? Yah, akhir-akhir ini Excell tampak cuek, dingin dan lebih tertutup. Kalaupun dia deket sama cewek kenapa pula dia enggak cerita-cerita. Biasanya aja ada cewek cakep dikit udah heboh. Tapi kali ini beda. Padahal aku aja cerita kalau lagi deket sama Nico. Argh… Membuatku bingung akan sifat dia belakangan ini. Sering menjauh juga dari aku dan Mia.  Entahlah.
Seperti ada yang mulai menghilang dari hidupku kali ini. Mungkin karena persahabatanku dan Mia telah lama sehingga ketika ada yang menjauh seperti ini merasa tidak lengkap lagi. Semoga saja hubungan kita akan membaik secepatnya. Mungkin saja Excell bersikap seperti ini karena dia memang benar-benar sibuk dengan Organisasi pramukanya. Bukan untuk menghindariku ataupun Mia. Karena memang beberapa waktu yang lalu Excell sempat menceritakan bahwa dia tengah sibuk mempersiapkan kemah akbar utnuk libur smester ini.
Saat tengah asik dengan pikiranku sendiri. Tiba-tiba akun ingat DVD-ku Di mas Revan yang baru ku beli beberapa waktu yang lalu bersama Nico. Mumpung lagi suntuk, tak ada salahnya untuk nonton sejenak saja. Akupun bergegas menuju kamar Mas Revan.
“ mas, DVD nya mana? “ tanyaku pada Mas Revan yang tampak sibuk mengetik di laptopnya
“uh, ada di laci dek” sahut mas Revan yang masih tetap vokus dengan ketikannya
“eh kak, Mas Denies apa kabar dia? Kok udah lama enggak tau kabarnya” tanyaku usil saat teringat Azka
“ cie-cie, kenapa nih Tanya-tanya si Denies?” kata  mas Revan yang mengalihkan perhatiannya ke arahku.
“ ye, apaan sih kak” sahutku sembari melemparkan bantal ke arah kursi belajar Mas revan. Namun naas, bantal itu bukannya mengenai Mas revan justru terlempar jauh disamping Mas revan dan mengenai tubuh seorang lelaki yang berdiri didepan kamar mandi Mas Revan.
“Ups..” Aku terdiam seketika. Bantal itu melesat mulus di dada Azka Denies.
Entah apa yang dilakukan lelaki ini dirumah ku kali ini. Tepatnya di Kamar Mas Revan. Sejak kapan dia berdiri disana. Apakah dia mendengar pembicaraanku dengan Mas Revan? Aghr.. tidak.. jangan sampai itu terjadi. Rasa Maluku sumpah bukan kepayang. Andai aku bisa meleleh, pasti aku sudah lebur tak karuan.
“ hahahahah…. Kasian deh lu gak kenk” Ledek Mas Revan. Sial banget dia. Malah ngeledekin aku disaat yang tidak tepat seperti ini.
“ aduh aduh, Maaf kak. Enggak sengaja” aku meminta maaf pada Azka. Sedangkan Azka hanyamenyunggingkan senyuman yang mematikan itu. Membuatku semakin salah tingkah di hadapannya bingung harus melakukan apa lagi.
Akupun bergegas keluar kamar Mas Revan dan mewurungkan niatanku untuk mengambil Dvdku. Sumpah gila, Azka hampir bikin jantungku copot. Terang saja aku kaget. Siang bolong gini tiba-tiba aku mendapati Azka di kamar Mandi Mas Revan. Sedang apakah dia disini? Tidakah dia sibuk dengan kuliahnya? Ah entahlah. Yang jelas pertemuan pertamaku ini dengan Azka membuatku sangat bahagia sekali. Orang yang selalu aku impikan kini hadir nyata kembali dalam hidupku. J
Dan setelah di usuk melalui keterangan Mas Revan. Ternyata kali ini mereka satu fakultas dan satu jurusan pula. Tepatnya di pendidikan dokter. Kebetulan yang sangat menakjubkan bukan? Orang yang aku kagumi selama ini ternyata kali ini satu jurusan dengan kakak ku. Ah, Azka. Akhirnya engkau mendapatkan lagi apa yang kau inginkan. Dia sudah mendapatkan program studi yang telah lama di tekuninya. Bahkan sebelum masuk universitaspun sudah lama dia mencoba untuk mempelajari prodi tersebut. Terbukti ketika beberapa waktu yang lalu aku mendapatinya tengah belajar ilmu kedokteran di perpustakaan sekolah.
( ˘ ³˘)♥