Senin, 15 Oktober 2012

Novel: Ari Cinta 10


SEPULUH ( ˘ ³˘)♥
 Pagi ini seperti biasa aku diantarkan kesekolah bersama papa tercinta. Hari ini memang classmeet disekolah. Jadi tidak perlu repot-repot membawa buku pelajaran lagi. Saat-saat seperti ini merupakan surga dunia bagi anak sekolah. Dimana kita bebas melakukan apa saja yang penting tetap positif disekolah. Kecuali bagi anak yang punya tanggungan remidial.
Tampak Mia dan Excell tengah asik duduk di bangku koridor sekolah. Ku hampiri mereka dengan wajah Ceria. Secerah hari ini dengan adanya matahari yang begitu terik.
“ Haiii..” sapaku mengagetkan mereka yang tampaknya tengah asik mengerjakan soal Fisika
“ ih ocha.. ngagetin aja sih” keluh Mia yang masih tampak kaget dengan mengelus-elus dadanya. Sedangkan Excell masih tampak sibuk dengan soal yang di kerjakannya.
“ garap apa sih cell. Serius banet” godaku mengganggu Excell dengan mengambil soal yang dikerjakannya.
“ apaan sih cha. Balikin gak” pinta Excell sembari merampas begitu saja soal tersebut dari tanganku dengan kasar. Membuat hatiku terenyuh dan bungkam seketika.
Aku hanya terdiam setelah Excell memperlakukanku seperti itu. Tampaknya Excell memang sedang tak ingin di ganggu. Mia tampak melirik ke arahku dengan memberi Isyarat agar aku tak menggaggunya terlebih dahulu.
Selesai Excell mengerjakan soal yang di kerjakannya. Suasana jadi hening seketika.
“ eh, ntar jalan ke mall yuk. Kan udah selesai nih ujiannya. Brarti udah pada bebas dunk” kata Mia berusaha mencari toppik pembicaraan untuk mencairkan suasana pagi ini
“ wah, boleh boleh. Sekalian aku mau cari kaus kaki “ jawabku antusias”trus mampir di cafe biasa ya”
“ aku gak ikut deh. Soalnya ntar ada acara sama anak Pramuka” potong Excell menolak ajakan Mia “ eh, aku ke Rio dulu ya. Soalnya tadi mau ke bu Mus buat nganterin soal ini sama jawabannya” pamit Excell mohon undur diri dan langsung pergi dari hadapan kami
“ eh, si Excell kenapa sih?” tanya ku pada Mia yang hanya mendapat respon gelengan kepala dan angkat bahu oertanda dia juga tidak tau kenapa.
“ aneh banget deh dia hari ini. Mana mukanya lecek gitu” kataku mengoreksi penampilan Excell yang memang tampak tidak seperti biasanya itu.
“ udahlah, plingan dia Cuma lagi gak pengen di ganggu aja kali ini” lanjut Mia
“jadi ntar jadi gak nih jalan. Bikin gue males aja tuh orang” protesku
“gakusah deh, tunggu dia mau aja jalan bareng”
Yah, hari ini memang cukup bête. Padahal seharusnya waktu classmeet seperti ini adalah waktu yang menyenangkan, namun kali ini sebaliknya. Kuputuskan untuk duduk di pinggiran taman depat sekolah sembari melihat anak-anak main volley bersama Mia. Tampak dari kejauhan Nico mendekatiku.
“ Hai cha” sapa Nico saat sudah berada di hadapanku
“ hai kak.. dari mana nih? Enggak remedial?” tanyaku basa basi
“ weh, nico remedial? Enggak dunk cha.. hehhe”
“ hahahaha ya sapa tau. Kan aku Cuma Tanya kak”
“ eh, ntar pulang bareng ya” pinta Nico. Aku terdiam beberapa detik kemudian.
“ em.. boleh deh kak” balasku mengiyakan ajakan Nico itu. Dan dia pamit undur diri menjauh dari taman sekolah.
“ eh cha, kamu gak pulang sama Excell kah?” Tanya Mia
“ enggak deh. Kamu tau sendiri dia kayak gitu tadi. Apa iya dia mau nganterin balik. Toh dia lagi sibuk sama pramukanya tuh” celotehku panjang lebar sembari menikmati permainan volley di tengah lapangan yang sedang berlangsung.
“ ya ampun ocha, gak peka banget sih” keluh Mia
“ peka apanya sih?” tanyaku masih tidak dapat memahami kata-kata Mia. Namun Mia tidak mempunyai inisiatif untuk melanjutkan pembicaraan kita.
( ˘ ³˘)♥
Ini merupakan hari kedua clasmeet disekolah. Suasana disekolah masih tetap ramai seperti hari kemarin. Ada yang tengah asik berolahraga baik itu volley, futsal, badminton, maupun yang lainnya. Ada pula yang sekedar nongkrong dan ngobrol dengan temannya. Dan  Kali ini aku lebih memilih  untuk nongkrong dikantin bersama Mia dan Excell juga.
“ Cie.. senengnya yang habis di anterin sama Nico, jadi lupa daratan” sindir Mia ketika menyadari aku tengah melamun dan cengar-cengir sendiri
“ apaan sih ngaco deh”
“ awas, hati-hati aja. Mendingan jangan terlalu ngasih hati deh sama dia. Kamukan belum tau dia orangnya gimana” jelas Excell tiba-tiba
“ em.. enggak kok, dia baik kok cell. Malah kemarin waktu pulang bareng dia ngasi aku kalung ini” terangku sembari menunjukkan kalung pemberian Nico yang aku pakai hari ini. “ duh, perhatian banget deh dia pokoknya”
“ ya udah kalau gak percaya” terang Excell
Saat kami tengah asik ngobrol, tiba-tiba merry datang menghampiri kami.
“ hai..” sapanya  basa-basi “ eh, sorry ya ganggu ada perlu sama Excell nih” pinta Merry berpamitan terlebih dahulu pada kita. Syukur deh kalau tau diri bahwasannya dia menggaggu pembicaraan kami yang mulai seru ini.
“ ada apa mer?” Tanya Excell yang di ikuti merry duduk disamping Excell
“ eh, ntar di suruh Kirim proposal kemah secepatnya nih ke pak Broto. Tapi proposalnya masih belum kelar. Ntar bantuin nyusunnya ya di bascamp pramuka” pinta Merry
“ oke deh, lhat ntar aja yah mer” jawab excel. Sedangkan Merry mengiyakan dan pamit undur diri.
“ yah, pertanda ntar gak dapet tebengan deh gue kayae” selaku tiba-tiba saat merry telah undur diri. Niatnya sih ngajak  bercnda Excell
“ hem.. bukannya sekarang udah punya ojek baru ya?” cibir Excell
“ ye.. tapikan enggak segitunya kali. Masak iya mau tiap hari. Kalau gak di ajakin ya enggak enak lah cell” terangku
“oh, jadi gue Cuma di buat ban serep nih? Trus sama gue enak-enak aja gitu “
“ ya gak gitu juga sih. Ih kamu knapa sih. Orang Cuma bercanda ini. Kalau gak ikhlas di tebengin ya udah. Gak bakalan deh aku nebeng lagi” jawabku ketus
Suasana menjadi hening beberapa saat saat percakapan antara aku dan Excell mulai menimbulkan perdebatan batin ini. Walaupun fisik kami tampak biasa dan tidak ada pertentangan.namun aku yakin saat ini sedang terjadi perdebatan batin antara aku dan Excell. Excel tampak aneh akhir-akhir ini.
“ udah ah, mendingan kita besok pulang sekolah jalan-jalan sambil nonton. Gimana?” Tanya Mia menengahi. Aku yakin Mia pun merasakan hal yang sama sepertiku
“ lhat besok deh” jawabku dan Excell hampir bersamaan.
( ˘ ³˘)♥
Pulang sekolah kali ini beruntung ada Nico yang menawarkanku untuk pulang bareng. Jadiaku tidak perlu susah payah untuk naik angkot. Apalagi di cuaca yang terik seperti ini. Sejak pembicaraanku dengan Excell tadi aku bertekat enggan pulang bersama Excell kalau bukan dia yang ngajakin. Lebih baik naik anglot dari pada harus mengemis padanya.
Namun saat di gerbang sekolah, tak sengaja aku melihat Excell dan Merry tampak asik bercanda di atas motor Excell. Tampaknya mereka akan keluar bersama. Tapi entah kemana. Bukankah tadi Merry meminta Excell buat bikin proposal untuk kemah? Tapi kok malah keluyuran? Emang modus aja kali tuh si Merry! Keluhku dalam hati. Entah mengapa terbesit rasa tidak rela melihat Excell bersama orang lain kecuali aku dan Mia. Membuatku cemburu social. Ah, kenapa jadi jealous begini. Itukan urusan mereka. Toh, aku pulang sama Nico Excell tidak pernah protes sama aku.
“ ayo cha” ajak Nico yang membubarkan lamunanku tentang Excell
“ oh, iya kak” balasku sembari menaiki motor Nico.
Sepanjang  perjalanan entah mengapa aku tidak merasakan kebahagiaan seperti biasanya saat aku bersama Nico. Kali ini ada sesuatu yang beda dan membuatku tak nyaman. Apakah iya karena Excell tadi? Ah, bukan. Mungkin saja Karena kecapekan hari ini.
Sesampai dirumahpun moodku masih tetap buruk. Dengan malas-malasan aku menuju kamarku. Ku hempaskan tubuhku ke ranjang yang empuk. Pikiranku masih saja tetap melayang entah kemana.
Arghh.. Excell sial. Kenapa pula dia merusak hari indahku bersama Nico. Apakah karna sikapnya yang tiba-tiba cuek? Yah, akhir-akhir ini Excell tampak cuek, dingin dan lebih tertutup. Kalaupun dia deket sama cewek kenapa pula dia enggak cerita-cerita. Biasanya aja ada cewek cakep dikit udah heboh. Tapi kali ini beda. Padahal aku aja cerita kalau lagi deket sama Nico. Argh… Membuatku bingung akan sifat dia belakangan ini. Sering menjauh juga dari aku dan Mia.  Entahlah.
Seperti ada yang mulai menghilang dari hidupku kali ini. Mungkin karena persahabatanku dan Mia telah lama sehingga ketika ada yang menjauh seperti ini merasa tidak lengkap lagi. Semoga saja hubungan kita akan membaik secepatnya. Mungkin saja Excell bersikap seperti ini karena dia memang benar-benar sibuk dengan Organisasi pramukanya. Bukan untuk menghindariku ataupun Mia. Karena memang beberapa waktu yang lalu Excell sempat menceritakan bahwa dia tengah sibuk mempersiapkan kemah akbar utnuk libur smester ini.
Saat tengah asik dengan pikiranku sendiri. Tiba-tiba akun ingat DVD-ku Di mas Revan yang baru ku beli beberapa waktu yang lalu bersama Nico. Mumpung lagi suntuk, tak ada salahnya untuk nonton sejenak saja. Akupun bergegas menuju kamar Mas Revan.
“ mas, DVD nya mana? “ tanyaku pada Mas Revan yang tampak sibuk mengetik di laptopnya
“uh, ada di laci dek” sahut mas Revan yang masih tetap vokus dengan ketikannya
“eh kak, Mas Denies apa kabar dia? Kok udah lama enggak tau kabarnya” tanyaku usil saat teringat Azka
“ cie-cie, kenapa nih Tanya-tanya si Denies?” kata  mas Revan yang mengalihkan perhatiannya ke arahku.
“ ye, apaan sih kak” sahutku sembari melemparkan bantal ke arah kursi belajar Mas revan. Namun naas, bantal itu bukannya mengenai Mas revan justru terlempar jauh disamping Mas revan dan mengenai tubuh seorang lelaki yang berdiri didepan kamar mandi Mas Revan.
“Ups..” Aku terdiam seketika. Bantal itu melesat mulus di dada Azka Denies.
Entah apa yang dilakukan lelaki ini dirumah ku kali ini. Tepatnya di Kamar Mas Revan. Sejak kapan dia berdiri disana. Apakah dia mendengar pembicaraanku dengan Mas Revan? Aghr.. tidak.. jangan sampai itu terjadi. Rasa Maluku sumpah bukan kepayang. Andai aku bisa meleleh, pasti aku sudah lebur tak karuan.
“ hahahahah…. Kasian deh lu gak kenk” Ledek Mas Revan. Sial banget dia. Malah ngeledekin aku disaat yang tidak tepat seperti ini.
“ aduh aduh, Maaf kak. Enggak sengaja” aku meminta maaf pada Azka. Sedangkan Azka hanyamenyunggingkan senyuman yang mematikan itu. Membuatku semakin salah tingkah di hadapannya bingung harus melakukan apa lagi.
Akupun bergegas keluar kamar Mas Revan dan mewurungkan niatanku untuk mengambil Dvdku. Sumpah gila, Azka hampir bikin jantungku copot. Terang saja aku kaget. Siang bolong gini tiba-tiba aku mendapati Azka di kamar Mandi Mas Revan. Sedang apakah dia disini? Tidakah dia sibuk dengan kuliahnya? Ah entahlah. Yang jelas pertemuan pertamaku ini dengan Azka membuatku sangat bahagia sekali. Orang yang selalu aku impikan kini hadir nyata kembali dalam hidupku. J
Dan setelah di usuk melalui keterangan Mas Revan. Ternyata kali ini mereka satu fakultas dan satu jurusan pula. Tepatnya di pendidikan dokter. Kebetulan yang sangat menakjubkan bukan? Orang yang aku kagumi selama ini ternyata kali ini satu jurusan dengan kakak ku. Ah, Azka. Akhirnya engkau mendapatkan lagi apa yang kau inginkan. Dia sudah mendapatkan program studi yang telah lama di tekuninya. Bahkan sebelum masuk universitaspun sudah lama dia mencoba untuk mempelajari prodi tersebut. Terbukti ketika beberapa waktu yang lalu aku mendapatinya tengah belajar ilmu kedokteran di perpustakaan sekolah.
( ˘ ³˘)♥










Tidak ada komentar:

Posting Komentar