SEPULUH ( ˘ ³˘)♥
Pagi ini seperti biasa aku diantarkan
kesekolah bersama papa tercinta. Hari ini memang classmeet disekolah. Jadi
tidak perlu repot-repot membawa buku pelajaran lagi. Saat-saat seperti ini
merupakan surga dunia bagi anak sekolah. Dimana kita bebas melakukan apa saja
yang penting tetap positif disekolah. Kecuali bagi anak yang punya tanggungan
remidial.
Tampak Mia dan
Excell tengah asik duduk di bangku koridor sekolah. Ku hampiri mereka dengan
wajah Ceria. Secerah hari ini dengan adanya matahari yang begitu terik.
“ Haiii..” sapaku
mengagetkan mereka yang tampaknya tengah asik mengerjakan soal Fisika
“ ih ocha..
ngagetin aja sih” keluh Mia yang masih tampak kaget dengan mengelus-elus
dadanya. Sedangkan Excell masih tampak sibuk dengan soal yang di kerjakannya.
“ garap apa sih
cell. Serius banet” godaku mengganggu Excell dengan mengambil soal yang
dikerjakannya.
“ apaan sih
cha. Balikin gak” pinta Excell sembari merampas begitu saja soal tersebut dari
tanganku dengan kasar. Membuat hatiku terenyuh dan bungkam seketika.
Aku hanya
terdiam setelah Excell memperlakukanku seperti itu. Tampaknya Excell memang
sedang tak ingin di ganggu. Mia tampak melirik ke arahku dengan memberi Isyarat
agar aku tak menggaggunya terlebih dahulu.
Selesai Excell
mengerjakan soal yang di kerjakannya. Suasana jadi hening seketika.
“ eh, ntar
jalan ke mall yuk. Kan udah selesai nih ujiannya. Brarti udah pada bebas dunk”
kata Mia berusaha mencari toppik pembicaraan untuk mencairkan suasana pagi ini
“ wah, boleh
boleh. Sekalian aku mau cari kaus kaki “ jawabku antusias”trus mampir di cafe
biasa ya”
“ aku gak ikut
deh. Soalnya ntar ada acara sama anak Pramuka” potong Excell menolak ajakan Mia
“ eh, aku ke Rio dulu ya. Soalnya tadi mau ke bu Mus buat nganterin soal ini
sama jawabannya” pamit Excell mohon undur diri dan langsung pergi dari hadapan
kami
“ eh, si Excell
kenapa sih?” tanya ku pada Mia yang hanya mendapat respon gelengan kepala dan
angkat bahu oertanda dia juga tidak tau kenapa.
“ aneh banget
deh dia hari ini. Mana mukanya lecek gitu” kataku mengoreksi penampilan Excell
yang memang tampak tidak seperti biasanya itu.
“ udahlah, plingan dia Cuma lagi gak
pengen di ganggu aja kali ini” lanjut Mia
“jadi ntar jadi gak nih jalan. Bikin
gue males aja tuh orang” protesku
“gakusah deh, tunggu dia mau aja
jalan bareng”
Yah, hari ini memang cukup bête.
Padahal seharusnya waktu classmeet seperti ini adalah waktu yang menyenangkan,
namun kali ini sebaliknya. Kuputuskan untuk duduk di pinggiran taman depat
sekolah sembari melihat anak-anak main volley bersama Mia. Tampak dari kejauhan
Nico mendekatiku.
“ Hai cha” sapa Nico saat sudah
berada di hadapanku
“ hai kak.. dari mana nih? Enggak
remedial?” tanyaku basa basi
“ weh, nico remedial? Enggak dunk
cha.. hehhe”
“ hahahaha ya sapa tau. Kan aku Cuma
Tanya kak”
“ eh, ntar pulang bareng ya” pinta
Nico. Aku terdiam beberapa detik kemudian.
“ em.. boleh deh kak” balasku
mengiyakan ajakan Nico itu. Dan dia pamit undur diri menjauh dari taman
sekolah.
“ eh cha, kamu gak pulang sama
Excell kah?” Tanya Mia
“ enggak deh. Kamu tau sendiri dia
kayak gitu tadi. Apa iya dia mau nganterin balik. Toh dia lagi sibuk sama
pramukanya tuh” celotehku panjang lebar sembari menikmati permainan volley di
tengah lapangan yang sedang berlangsung.
“ ya ampun ocha, gak peka banget
sih” keluh Mia
“ peka apanya sih?” tanyaku masih
tidak dapat memahami kata-kata Mia. Namun Mia tidak mempunyai inisiatif untuk
melanjutkan pembicaraan kita.
( ˘ ³˘)♥
Ini merupakan hari kedua clasmeet
disekolah. Suasana disekolah masih tetap ramai seperti hari kemarin. Ada yang
tengah asik berolahraga baik itu volley, futsal, badminton, maupun yang
lainnya. Ada pula yang sekedar nongkrong dan ngobrol dengan temannya. Dan Kali ini aku lebih memilih untuk nongkrong dikantin bersama Mia dan
Excell juga.
“ Cie.. senengnya yang habis di
anterin sama Nico, jadi lupa daratan” sindir Mia ketika menyadari aku tengah
melamun dan cengar-cengir sendiri
“ apaan sih ngaco deh”
“ awas, hati-hati aja. Mendingan jangan
terlalu ngasih hati deh sama dia. Kamukan belum tau dia orangnya gimana” jelas
Excell tiba-tiba
“ em.. enggak kok, dia baik kok
cell. Malah kemarin waktu pulang bareng dia ngasi aku kalung ini” terangku
sembari menunjukkan kalung pemberian Nico yang aku pakai hari ini. “ duh,
perhatian banget deh dia pokoknya”
“ ya udah kalau gak percaya” terang
Excell
Saat kami tengah asik ngobrol,
tiba-tiba merry datang menghampiri kami.
“ hai..” sapanya basa-basi “ eh, sorry ya ganggu ada perlu
sama Excell nih” pinta Merry berpamitan terlebih dahulu pada kita. Syukur deh
kalau tau diri bahwasannya dia menggaggu pembicaraan kami yang mulai seru ini.
“ ada apa mer?” Tanya Excell yang di
ikuti merry duduk disamping Excell
“ eh, ntar di suruh Kirim proposal
kemah secepatnya nih ke pak Broto. Tapi proposalnya masih belum kelar. Ntar
bantuin nyusunnya ya di bascamp pramuka” pinta Merry
“ oke deh, lhat ntar aja yah mer”
jawab excel. Sedangkan Merry mengiyakan dan pamit undur diri.
“ yah, pertanda ntar gak dapet
tebengan deh gue kayae” selaku tiba-tiba saat merry telah undur diri. Niatnya
sih ngajak bercnda Excell
“ hem.. bukannya sekarang udah punya
ojek baru ya?” cibir Excell
“ ye.. tapikan enggak segitunya
kali. Masak iya mau tiap hari. Kalau gak di ajakin ya enggak enak lah cell”
terangku
“oh, jadi gue Cuma di buat ban serep
nih? Trus sama gue enak-enak aja gitu “
“ ya gak gitu juga sih. Ih kamu
knapa sih. Orang Cuma bercanda ini. Kalau gak ikhlas di tebengin ya udah. Gak
bakalan deh aku nebeng lagi” jawabku ketus
Suasana menjadi hening beberapa saat
saat percakapan antara aku dan Excell mulai menimbulkan perdebatan batin ini.
Walaupun fisik kami tampak biasa dan tidak ada pertentangan.namun aku yakin
saat ini sedang terjadi perdebatan batin antara aku dan Excell. Excel tampak
aneh akhir-akhir ini.
“ udah ah, mendingan kita besok
pulang sekolah jalan-jalan sambil nonton. Gimana?” Tanya Mia menengahi. Aku
yakin Mia pun merasakan hal yang sama sepertiku
“ lhat besok deh” jawabku dan Excell
hampir bersamaan.
( ˘ ³˘)♥
Pulang sekolah kali ini beruntung
ada Nico yang menawarkanku untuk pulang bareng. Jadiaku tidak perlu susah payah
untuk naik angkot. Apalagi di cuaca yang terik seperti ini. Sejak pembicaraanku
dengan Excell tadi aku bertekat enggan pulang bersama Excell kalau bukan dia
yang ngajakin. Lebih baik naik anglot dari pada harus mengemis padanya.
Namun saat di gerbang sekolah, tak
sengaja aku melihat Excell dan Merry tampak asik bercanda di atas motor Excell.
Tampaknya mereka akan keluar bersama. Tapi entah kemana. Bukankah tadi Merry
meminta Excell buat bikin proposal untuk kemah? Tapi kok malah keluyuran? Emang
modus aja kali tuh si Merry! Keluhku dalam hati. Entah mengapa terbesit
rasa tidak rela melihat Excell bersama orang lain kecuali aku dan Mia.
Membuatku cemburu social. Ah, kenapa jadi jealous begini. Itukan urusan mereka.
Toh, aku pulang sama Nico Excell tidak pernah protes sama aku.
“ ayo cha” ajak Nico yang
membubarkan lamunanku tentang Excell
“ oh, iya kak” balasku sembari
menaiki motor Nico.
Sepanjang perjalanan entah mengapa aku tidak merasakan
kebahagiaan seperti biasanya saat aku bersama Nico. Kali ini ada sesuatu yang
beda dan membuatku tak nyaman. Apakah iya karena Excell tadi? Ah, bukan.
Mungkin saja Karena kecapekan hari ini.
Sesampai dirumahpun moodku masih
tetap buruk. Dengan malas-malasan aku menuju kamarku. Ku hempaskan tubuhku ke
ranjang yang empuk. Pikiranku masih saja tetap melayang entah kemana.
Arghh.. Excell sial. Kenapa pula dia
merusak hari indahku bersama Nico. Apakah karna sikapnya yang tiba-tiba cuek?
Yah, akhir-akhir ini Excell tampak cuek, dingin dan lebih tertutup. Kalaupun
dia deket sama cewek kenapa pula dia enggak cerita-cerita. Biasanya aja ada
cewek cakep dikit udah heboh. Tapi kali ini beda. Padahal aku aja cerita kalau
lagi deket sama Nico. Argh… Membuatku bingung akan sifat dia belakangan ini.
Sering menjauh juga dari aku dan Mia.
Entahlah.
Seperti ada yang mulai menghilang
dari hidupku kali ini. Mungkin karena persahabatanku dan Mia telah lama
sehingga ketika ada yang menjauh seperti ini merasa tidak lengkap lagi. Semoga
saja hubungan kita akan membaik secepatnya. Mungkin saja Excell bersikap
seperti ini karena dia memang benar-benar sibuk dengan Organisasi pramukanya.
Bukan untuk menghindariku ataupun Mia. Karena memang beberapa waktu yang lalu
Excell sempat menceritakan bahwa dia tengah sibuk mempersiapkan kemah akbar
utnuk libur smester ini.
Saat tengah asik dengan pikiranku
sendiri. Tiba-tiba akun ingat DVD-ku Di mas Revan yang baru ku beli beberapa
waktu yang lalu bersama Nico. Mumpung lagi suntuk, tak ada salahnya untuk
nonton sejenak saja. Akupun bergegas menuju kamar Mas Revan.
“ mas, DVD nya mana? “ tanyaku pada
Mas Revan yang tampak sibuk mengetik di laptopnya
“uh, ada di laci dek” sahut mas
Revan yang masih tetap vokus dengan ketikannya
“eh kak, Mas Denies apa kabar dia?
Kok udah lama enggak tau kabarnya” tanyaku usil saat teringat Azka
“ cie-cie, kenapa nih Tanya-tanya si
Denies?” kata mas Revan yang mengalihkan
perhatiannya ke arahku.
“ ye, apaan sih kak” sahutku sembari
melemparkan bantal ke arah kursi belajar Mas revan. Namun naas, bantal itu
bukannya mengenai Mas revan justru terlempar jauh disamping Mas revan dan
mengenai tubuh seorang lelaki yang berdiri didepan kamar mandi Mas Revan.
“Ups..” Aku terdiam seketika. Bantal
itu melesat mulus di dada Azka Denies.
Entah apa yang dilakukan lelaki ini
dirumah ku kali ini. Tepatnya di Kamar Mas Revan. Sejak kapan dia berdiri
disana. Apakah dia mendengar pembicaraanku dengan Mas Revan? Aghr.. tidak..
jangan sampai itu terjadi. Rasa Maluku sumpah bukan kepayang. Andai aku bisa
meleleh, pasti aku sudah lebur tak karuan.
“ hahahahah…. Kasian deh lu gak
kenk” Ledek Mas Revan. Sial banget dia. Malah ngeledekin aku disaat yang tidak
tepat seperti ini.
“ aduh aduh, Maaf kak. Enggak
sengaja” aku meminta maaf pada Azka. Sedangkan Azka hanyamenyunggingkan
senyuman yang mematikan itu. Membuatku semakin salah tingkah di hadapannya
bingung harus melakukan apa lagi.
Akupun bergegas keluar kamar Mas
Revan dan mewurungkan niatanku untuk mengambil Dvdku. Sumpah gila, Azka hampir
bikin jantungku copot. Terang saja aku kaget. Siang bolong gini tiba-tiba aku
mendapati Azka di kamar Mandi Mas Revan. Sedang apakah dia disini? Tidakah dia
sibuk dengan kuliahnya? Ah entahlah. Yang jelas pertemuan pertamaku ini dengan
Azka membuatku sangat bahagia sekali. Orang yang selalu aku impikan kini hadir
nyata kembali dalam hidupku. J
Dan setelah di
usuk melalui keterangan Mas Revan. Ternyata kali ini mereka satu fakultas dan
satu jurusan pula. Tepatnya di pendidikan dokter. Kebetulan yang sangat
menakjubkan bukan? Orang yang aku kagumi selama ini ternyata kali ini satu
jurusan dengan kakak ku. Ah, Azka. Akhirnya engkau mendapatkan lagi apa yang
kau inginkan. Dia sudah mendapatkan program studi yang telah lama di tekuninya.
Bahkan sebelum masuk universitaspun sudah lama dia mencoba untuk mempelajari
prodi tersebut. Terbukti ketika beberapa waktu yang lalu aku mendapatinya
tengah belajar ilmu kedokteran di perpustakaan sekolah.
( ˘ ³˘)♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar