LIMA ( ˘ ³˘)♥
Pengumuman hasil Uts pun akhirnya akan keluar
hari ini. Rasanya sudah tak sabar aku menantikan jam pulang sekolah untuk
mendapatkan hasil evaluasi belajarku selama tengah smester ini. Yah walaupun
mungkin tidak sebaik Excell, setidaknya aku tetap menginginkan nilai yang
terbaik dikelas. Jadi, aku sangat berharap hasil kerja kerasku belajar selma
ini membuahkan hasil yang cukup memuaskan.
Selama sehari penuh ini, sekolah mentiadakan
kegiatan belajar mengajar untuk persiapan membagi hasil nilai ujian uts
sekolah. Jadi para siswa bisa bebas untuk melakukan segala hal namun masih
tetap di lingkungan sekolah.
Tentu saja kali ini aku tak ingin
menyia-nyiakan waktuku disekolah begitu saja. Ini merupakan dua minggu terakhir
sebelum ujian nasional. Jadi, aku memutuskan untuk nongkrong di kantin bersama
Mia dan Excell. Namun tak disangka-sangka. Belum sempat aku melangkah terlalu
jauh dari kelas, ternyata Kak Azka berada di depanku hanya berjarak dua meter.
Dia berjalan perlahan ke arahku bersama dengan Jody dan Nico. Itu membuatku
seolah berhenti melangkah dan terdiam mematung. hanya dapat melihatnya berjalan
semakin mendekatiku. Entah apa yang akan dia lakukan di Area wilayah kelas
satu. Dan ternyata, dia menuju ke Arah lapangan basket yang letaknya tepat
berada dikelasku. Ini membuatku malas untuk ke kantin dan ingin mengurungkan
niatku untuk ke kantin. Namun aku merasa tidak nyaman sendiri dengan Excell dan
Mia, jadi akhirnya aku memutuskan untuk ke kantin dan lekas-lekas kembali ke kelas
untuk melihat Azka bermain basket bersama teman-temannya.
“ duduk dulu yuk, gue laper nih “ pinta Excell
setiba di kantin. Ya ampun, bagaimana aku hendak menolaknya. Padahal aku sangan
menginginkan untuk melihat Azka bermain basket. Ini kesempatan langka.
“ Bawa aja ke kelas deh yuk. Pesen aja roti
atau apa kek gitu” pintaku sedikit memohon “ gue lagi males nih nongkrong
disini” sambungku mencari alasan.
Tampak air muka Excell sedikit masam dan
enggah beranjak dari tempat duduknya. Namun setelah sempat beradu mulut yang
sedikit tak mengenakkan hati antara aku dan Excell, akhirnya diapun mengalah
dan ikut serta kembali kekelas bersama aku dan Mia. Sedangkan Mia sendiri
menjadi penengah diantara kita. Yah, walaupun kami bersahabat terkadang cekcok
dan adu mulut juga terjadi. Namun tetap bisa kami atasi dan akur kembali.
Justru membuat persahabatan kita semakin solid walaupun mungkin ada yang
ngambek beberapa hari.
Sesampai dikelas, aku duduk dibangku taman
halaman kelas yang berada dipinggiran lapangan basket bersama Mia. Benar saja,
Azka lagi asik bermain basket bersama dengan teman-temannya. Dan mendadak
lapangan basket menjadi ramai seperti sedang ada pertandingan sungguhan.
Padahal ini hanyalah pertandingan anatar teman kelas saja. Dan bukan untuk pertandingan.
Azka tampak semakin keren saat menggiring bola
basket masuk kedalam Ring. Tampak dari postur tubuhnya yang tinggi dan
profesional. Yakin deh, jadi model juga bisa kalu dia mau. Pasti banyak yang
mau ngorbitin dia. Sumpah, melihat dia yang tampak begitu keren dan cool
membuatku seolah tak sadar berteriak saat mendukungnya untuk memasukkkan bola
kedalam ring. Beruntung suasana disekitar lapangan juga cukup ramai dengan
sorak-sorai siswa lain yang menyemangati Azka dkk. Yah, aku yakin sekali bahwa
bukanlah aku satu-satunya orang yang terpesona dengan ketampanan, pribadi dan
kepandaian dari Azka. Pasti beberapa cewek disini merasakan hal yang sama. Salah satunya Niky.
Masih ingatkan, cewek setingkat Azka yang rada keganjenan. Dia juga tampak
heboh dan norak mendukung Azka dipinggir lapangan la-ala chiliders kampungan.
Namun saat Azka tengah menggiring bola masuk
kedalam Ring, tampak dari pihak lawan Micky menjegal Azka dari belakang hingga
Azka terjatuh. Sedangkan Micky merebut bola dari Azka dan memasukkan bola ke
Ring. Ini membuat para siswa yang menonton bersorak menyoraki Micky yang
bertindak tidak sportif gara-gara kalah score dari tim Azka. Maklum saja,
mungkin saja Micky iri dengan Azka yang lebih sempurna daripada dia. Karena
Azka memang bukan type cowok sok dan blagu seperti Micky. Apalagi setelah
kedatangan Azka membuat pamor Micky turun. Jadi wajar saja kalau dia semakin
iri dengan Azka. Dan ini semakin membuatku sebel dengan Micky yang sok banget
itu. Beraninya dia melukai Azka hingga terjatuh dan sikutnya berdarah. Ih awas
saja dia. Entah mengapa ini membuatku gregetan sendiri. Semakin ilfeel saja aku
dengan Micky. Dia dulu memang pernah mencoba mendekatiku, namun aku enggan
menanggapinya. Terang saja, type cowok seperti dia playboynya minta ampun.
Sekalipun dia mengumbar klata-kata manies dan mengejar-ngejarku, tapi aku
enggan meladeninya. Dan sekarang, semakin yakin pula aku untuk jauh-jauh
darinya saat dia berusaha mendekatiku.
Beberapa menit kemudian., pertandingan telah
usai dan siswapun mulai kembali ke kelas masing-masing karena 10 menit lagi
pembagian hasil laporan evaluasi belajar tengah semestr dua. Namun kali ini aku
mulai tersadar bahwa ada sesuatu yang menghilang. EXCELL !! yah, Excell. Aku
tak dapat menemukan batang hidungnya selama pertandingan bahkan setelah
pertandingan usai. Saat dikelaspun aku tidak dapa menemukannya.
“Ren, kamu kelihatan Excell gak?” tanyaku pada
Reno yang merupakan teman sebangku Excell. Pasalnya, setelah dari kantin dia
turut serta bersama dengan aku dan Mia menuju ke kelas.
“ Coba aja cari dikantin, sapa tau dia
disana”saran Mia
Akhirnya aku mencari Excell bersama Mia ke
kantin. Sejujurnya ini membuatku merasa bersalah. Hanya karna kepentinganku,
aku mengabaikan permintaan Excell yang lebih penting daripada sekedar menonton
pertandingan tadi. Sedangkan Excell hampir jarang aku mendengar dia menolak apa
yang aku inginkan, namun kali ini sekali dia meminta tapi aku justru
mengabaikannya. Sangan membuatku merasa bersalah dan menyesal. Apalagi setelah
dikantin aku tak dapat menemukannya. Akhirnya, akupun kembali kekelas bersama
dengan Mia karna Lima menit lagi pengambilan hasil ujian tengah semester dua.
“ Mia, gue sedikit merasa bersalah nih sama
Excell” kataku mengadu pada Mia saat duduk dibangku kelas.
“ lu juga sih cha, ngambek paling tuh anak”
“ hiks, hiks, trus aku harus gimana dunk?”
tanyaku sedangkan mia hanya menjelas tak jelas seolah memberi isyarat.
Yah, benar. Mia memang sedang memberiku
Isyarat. Ternyata Excell datang dari balik pintu kelas dengan rambut yang
acak-acakan dan basah kuyup. Dia masuk melewati ku dan Mia tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
Pengumuman hasil evaluasi belajar kamipun keluar. Dan diluardugaanku, ternyata kali ini aku berhasil
menjadi yang terbaik dikelas mengalahkan Excell. Sedangkan Excell berada
diurutan nomer dua. Hari yang cukup indah untukku. Nilai bagus dan puas
mantengin Azka. Namun ada hal yangmembuatku sedih, Excell sepertinya ngambek
deh.
( ˘
³˘)♥
Paska Micky menjegal Azka, dia memang tengah
menjadi buah bibir terheboh disekolah. Khususnya dikalangan cewek. Dia seolah
berubah memiliki image cowok terjahat sedunia hanya gara-gara peristiwa
beberapa waktu lalu saat dia menjegalAzka.
Tampak dari kebanyakan siswi yang suka membicarakan kelakuan Micky
baik saat di luar kelas maupun saat didalam kelas. Seperti saat ini. Tepatnya saat mata pelajaran
Matematika. Disaat mengerjakan tugas yang diberi guru seperti ini pun,
masih saja ada siswi yang membicarakan Micky dan tidak terima akan perlakuannya
terhadap Azka. Yang mungkin menjadi orang yang dipujanya sama sepertiku. Dan
membuat dihati ini terbesit rasa tidak rela jika mereka merasakan hal yang
sama.
Namun, saat tengah asik mengerjakan tugas matematika. Tiba-tiba
saja perutku sakit. Akhirnya aku memutuskan untuk ketoilet sendiri tanpa
didampingi Mia. Dikarenakan dia tengah mengerjakan tugas yang harus
dikumpulkan. Jadi untuk menghemat waktu juga biar aku bisa menyalinnya. Hehehe.
Sedangkan Excell sendiri masih tampak begitu cuek denganku. Bahkan acara
teraktiran untuk merayakan keberhasilanku mendapat nilai terbaik, di tunda juga
dikarenakan Excell menolak hadir dengan berbagai alas an. Dan ini cukup
membuatku sedih.
Tepat setelah dari toilet, tepatnya di lorong arah menuju toilet,
aku melihat Micky bersama kedua kawanannya yang pada sok jagoan. Hal yang
paling ingin kuhindari adalah bertatapan muka dengannya. Pasti dia akan
menggodaku lagi untuk menjadi mangsa dia selanjutnya. Dan aku tidak mau itu.
Namun tak dapat dihindari lagi, akupun terpegoki Micky.
“ Eh, ada nona cantik “ sapa Micky dengan gayanya yang menjijikkan
“ apaan sih kamu. Minggir, aku mau balik ke kelas” gertakku memaksa
Micky untuk tidak menghalangi jalanku.
“Brani ya kamu sama aku sekarang” ancam Micky dengan nada tinggi
“ Minggirr !!” teriakku tak kalah keras
“Waw, mulai berani juga ya gadis manisku satu ini” tiba-tiba micky
membekap mulutku dan membuatku terdiam tak bisa melakukan apa-apa. Ini
membuatku cukup takut. Apalagi koridor sekolah dekat toilet ini cukup sepi
dikarenakan jam pelajaran sedang berlangsung. Aku semakin ketakutan dan
berusaha memberontak. Entah apa yang akan dia lakukan kepadaku, aku tak berani
membayangkannya. Yang aku harapkan sekarang hanyalah, ada yang yang melihat
kami berempat dan menolongku.
Namun apa yang kuharapkan tak berjalan sesuai harapan. Kini jarak
pandang antara akub dan Micky hanyalah beberapa senti meter dan aku sudah tak
berani membuka mataku lagi. Sekujur tubuhku terasa gemetar dan tak berdaya. Aku
hanya pasrah dan sudah kehabisan tenaga untuk memberontak lagi. Pasalnya sedari
pagi aku belum sarapan dan isi perut sudah ku keluarkan sebelum ada kejadian
ini.
Namun, tiba-tiba terdengar suara benturan yang amat keras dan tak
jauh dari arahku. Kucoba membuka maa perlahan-lahan. Ternyata memang benar, ada
suara benturan dari sosok pria yang tampak tengah bergelut dihadapanku.
Sedangkan Micky masih tetap membekapku. Sedangkan teman-teman Micky tengah
melawan lelaki itu yang tak lain adalah Azka. Kini perasaanku menjadi campur
aduk. Antara senang, sedih, bahagia, ketakutan, semua campur aduk menjadi satu.
Satu-persatu lawan dijatuhkan oleh Azka hingga mereka berdua tak berdaya.
Sungguh, keren banget Azka ketika menghajar mereka. Dan kini giliran Micky yang
mendapat pelajaran dari Azka. Azka menonjok Micky berulang kali hingga bibir
Micky berdarah. Dan Akhirnya Micky dkk kabur undur diri dengan lari
terbirit-birit dari hadapan kami berdua tepat saat ada Pak Margo, guru yang
terkenal killer lewat dihadapan kami. Beruntung pertunjukan silat yang barusan
terjadi telah berakhir.
“ Kamu enggak papakan?” Tanya Azka sembari melihat kearah kuyang
menunduk
Aku tak dapat menjawab. Hanya isyarat tubuhku saja dengan anggukan
kepala dan tubuh yang masih gemetar karna shok. Tak terasa, tiba-tiba tangan
Azka menggandeng lenganku dan membawaku berjalan entah kemana. Pikiranku masih
kacau balau dan tak mampu berekspresi. Begitu pula Azka. Dia hanya membawaku berjalan entah kemana. Tanpa
pembicaraan dan masih tanpa Expresi. Kita hanya saling diam membisu. Hingga
akhirnya kita sampai disuatu tempat, tepatnya taman belakang sekolah yang
berdekatan dengan kantin. Taman ini tampak begitu sepi dan tertutup oleh
bangunan kelas-kelas dan kantin. Kemudian Azka mendudukkanku di atas sebuah batu
besar, dan dia duduk tepat dihadapanku.
“ Kamu gak kenapa-napa kan?” Tanya Azka lembut dengan menyibakkan
rambutku yang jatuh terurai dengan berantakan dan menutupi wajahku.
Tanpa terasa, air mataku melelehdengan derasnya. Bahkan aku tak
dapat lagi merasakan getaran-getaran halus yang kerap kalii menyapaku saat aku
berada di dekat Azka. Yang ada kini hanyalah ada rasa takut yang luar biasa dan
cemas. Bahkan kini tangiskupun semakin menjadi sampai terisak-isak. Walaupun
orang yang ku kagumi kini tengah menenangkanku dengan mengelus-elus rambutku
dengan lembut, namun aku masih merasakan ketakutan yang masih teramat sangat.
Kejadian ini akan menjadi kejadian yang tak terlupakan untukku. Sangat
mengerikan.
“ aku antar kamu pulang saja ya? Toh, 3 jam lagi udah pulang
sekolah” ajak Azka membujukku untuk istirahat dirumah saja. Dia memahami bahwa
mungkin aku masih shok.
Akhirnya akupun mengiyakan ajakan Azka. Dia yangmengurus segala
perijinan ke guru piket. Bahkan, dia juga yang mengantarkan surat ijin dari
guru piket dan mengambilkan tasku untuk dibawa pulang. Gak kepikiran bagaimana
hebohnya kelas saat itu ketika Azka mengantarkan surat izinku. Tapi aku tidak
terlalu memikirkannya terlalu jauh. Karena jujur saja, pikiranku saat ini masih
kacau balau.
Sesampai dirumah, tampak gerbang rumah tidak dikunci. Sepertinya
ada orang didalam rumah. Azkapun langsung memasukkan motornya dengan aku yang
masih tetap bertengger di atasmotor gedenya itu.
Dan ternyata benar saja, saat Azka yang mengetuk pintu, ternyata
ada Mas Revan yang membukakan pintu yang masih lengkap dengan seragamnya.
“ loh kamu?” Tanya mas Revan sedikit terkejut melihat kedatangan
Azka. Sedetik kemudian kekagetan mas Revan ditambah setelah melihat aku yang
datang bersamaan dengan Azka “ loh, ada apa dengan ocha?” Tanya Mas Revan
sembari memapahku masuk.
“Oh ini, tadi dia enggak enak badan disekolah, jadi aku suruh
pulang ja dari pada dia kenapa-napa disekolah” Azka menjelaskan dengan sedikit
ngeles. Aku paham, dia tidak ingin memperkeruh keadaan dengan menceritakan
klejadian yang sebenarnya.
“ lah trus, knapa bisa kamu nies yang nganterin?” nies? Kenapa
manggilnya nies? Apakah mereka saling kenal?
“ oh, iya kebetulan tadi waktu ditoilet aku kelihatan adik lo
hamper pingsan. Jadi gue deh yang bantuin. Eh, gak taunya pas dianterin kerumah
ternyata adik kamu. Kebetulan banget deh” terang Azka
“ wah thanks banget ya”
balas Mas Revan
Dan beberapa menit kemudian Azka pamit undur diri karena harus
mengikuti pelajaran tambahan diekolah.
Tak disangka-sangka ternyata. Mas Revan dan Azka saling kenal.
Namun mas Revan mengenalnya sebagai Denies panggilan akrabnya. Mereka berdua
tergabung dalam kelompok music dan band yang terdiri dari beberapa perwakilan
sekolah yang akan mewakili kota kami di perlombaan nasional. Masih ingat
tentunyakan beberapa waktu lalu mas Revan sibuk dengan anggota bandnya. Dan
ternyata Azkalah yang menjadi keyboard grup band mereka. Sedangkan mas Revan
sebagai vokalis. Sebuah kebetulan yang indah. Walaupun hari ini aku mendapat
musibah, namun ada hikmah dibalik semua ini. Aku bisa ditolong Azka dan
ternyata kali ini aku bisa tau kalau Azka ternyata berteman dengan abangku.
( ˘ ³˘)♥
“cha.. bangun cha” terdengar suara wanita dengan lemah lembut
memanggilku disaat aku masih setengah sadar dari tidurku yang lelap”cha,
bangun” lanjutnya.
Ku coba membuka mata secara perlahan. Berat sekali rasanya membuka
mata kali ini. Masih ngantuk dan badan terasa pegal-pegal semua akibat
peristiwa pemberontakan tadi siang. Perlahan-lahan, mulai tampak sosok wanita
muda yang dapat langsung ku kenali. Mia. Ya, kali ini dia tengah duduk
disampingku.
“hhmm, kamu beib” kataku sembari bangun
“ ayo bangun udah sore”
Akupun mulai terbangun. Kedatangan Mia kali ini untuk menjengukku
dan menanyakan keadaan serta kejadian yang sesungguhnya. Akupun menceritakan
dari awal kronologinya. Mulai dari aku pamit ketoilet hingga akhirnya aku
terbaring pulas dirumah ini. Terselip senyuman kecil disaat aku menceritakan
tentang Azka yang telah menolongku. Bagaimana tidak. Orang yang aku puja, kali
ini datang sebagai pahlawanku. Aku tak taulagi apa yang akan terjadi kalau saja
tadi Azka tidak ada disana. Mungkin sesuatu yang buruk telah terjadi padaku.
“ ohh, pantesan tadi kak Azka ke kelas ngambil ranselmu” kata Mia
setelah aku menceritakan secara detail kronologinya “ lo tau enggak, tadi waktu
kak Azka nganterin surat izin, dikelas heboh banget tau enggak. Pada sirik gitu
deh sama kamu. Eh tapi yang terpenting tau enggak kamu cha, tadi Excell
kayaknya berantem deh sama Micky di dekat gudang sekolah”
“ Ha??? Setriusan kamu? Tau dari mana dia?”
“ kayaknya tadi waktu pulang sekolah dia kekelas Kak Azka dan
Tanya-tanya gitu deh”
“ rus-trus, Excell tapi enggak knapa-napa kan? Dia gak dikroyok
kan?”
“ kenapa-napa sih didkit” jawab Mia meringis
“Excell kenapa? Ada yang patahkah? Tapi beritanya gak heboh dan
gempar disekolah kan?” tanyaku bertubi-tubi pertanda kesadaranku mulai pulih
total
“ye… ya enggaklah, gak sampe patah. Tapi kayaknya dahinya memar
deh, trus bibirnya ada yang pecah gitu kena tonjok. Aduh, tenang aja. Masih
aman kok. Aku tau kejadian tadi juga dari Excell. Excel ju7ga dari Azka
langsnug. Jadi aman kok”
“Aduh Excell. Ngapain juga sih dia enggak ada kerjaan pake berantem
segala. Buang-buang tenaga aja tau nggak. Trus dianya jadi luka-luka gitukan”
“ yaa mungkin aja dia mau ngasih pelajaran ke Micky”
“ aduh, tapi aku ngerasa double nih bersalahnya ke Excell.
“ Udah tenang aja, dia gak bakal kenapa-napa kok”
Setelah mendengar penjelasan Mia, aku sedikit merasa lega.
( ˘ ³˘)♥
Pagi ini seperti biasa. Setangkai mawar
putih bersama dengan sepucuk surat telah
berengger menempel dipintu lokerku. Ini sudah hampir sebulan aku selalu
menemukan bunga mawar putih dilokerku. Membuat aku semakin penasaran akan
pengirimnya. Terkadang dia menaruh coklat bersamaan dengan bunga dan surat
penyemangat untukku, dikala aku sedikit pusing dengan beberapa tugas yang telah
menunggu untuk mendapat giliran kukerjakan satu persatu. Yah, pasca Uts,
guru-guru semakin gila memberi kami tugas.
Apalagi kali ini moodku memang benar-benar lagi down stelah
kejadian bdua hari lalu, dan kali ini merupakan pertama kalinya aku masuk
sekolah lagi setelah ijin selama dua hari.
Hem.. siapa kah gerangan sang oengirim bunga? Sepintas terbesit
dipikiranku untuk menyelidiki orang misterius itu.
Saat aku masuk ke kelas, aku sudah disambut Excell di bangku ku.
Tampak dia tersenyum manies dan cerah seolah perselisihanku dengan dia yang
sempat terjadi beberapa waktu lalu telah terlupakan. Aku cukup bahagia dengan
melihatnya tersenyum. Membuat dia tampak lucu, menggemaskan, dan manies. Namun
masih tampak sedikit jelas memar di dahi dan bekas luka sobekan dibibirnya.
“ pagi cha-cha” sapa Excell
“ pagi cell.. kenapa tuh lo punya muka gitu? Habis di cium nyamuk
yah?” tanyaku jahil
“ iya nih, abis di cium nyamuk yang gangguin tuan putri” sindirnya
halus. Aku hanya membalasnya dengan melotot.
Dan saat jam Istirahat, seperti biasa aku nongkrong dikantin
bersamaan dengan Excell dan Mia.
“ eh, cell. Btw makasih yah, udah repot-repot mau ngebelain aku”
kataku berterimakasih
“emmm, sama-sama sih.tapi di dunia ini enggak ada yang gratis sih”
balasnya sembri memasukkan pentol bakso kemulutnya. Mendengar jawaban Excell
yang sedemikian, membuatku Gemas.
“ ihh.. nyebelin banget kamu sih” protesku saambil mencubit lengan
Excell dengan gemas. Sedangkan Excell meringis menahan kesakitan.
“aduuh, ampun-ampun buuuk “ teriak Excell yang sudah tak tahan
menahan kesakitan. Namun aku tetap tidak memberi ampun. Sedangkan Mia hanya
geleg-geleng keapla meliahat kelaukuan kami berdua yang seperti anak TK.
Tak sengaja saat menjahilin Excell dnegan mencubitnya, aku melihat
Azka tampak melihatku dari kejauhan. Tepatnya dari sudut kamtin mbok minah. Itu
cukup membuatpipiku memanas karna tersipu malu. Segera kulepas cubitanku pada
Excell, dan menundukkan kepalaku karena malu. Tapi aku cukup bahagia. Ernyata
cukup banyak hikmah yang dapat aku ambil dari kejadian ini semua. Di tolong
superhero yang ternyata teman kakaku, dan hubunganku juga mulai membaik dengan
Excell.
( ˘ ³˘)♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar