Jumat, 12 Oktober 2012

Novel : Arti Cinta 5


LIMA ( ˘ ³˘)♥
Pengumuman hasil Uts pun akhirnya akan keluar hari ini. Rasanya sudah tak sabar aku menantikan jam pulang sekolah untuk mendapatkan hasil evaluasi belajarku selama tengah smester ini. Yah walaupun mungkin tidak sebaik Excell, setidaknya aku tetap menginginkan nilai yang terbaik dikelas. Jadi, aku sangat berharap hasil kerja kerasku belajar selma ini membuahkan hasil yang cukup memuaskan.
Selama sehari penuh ini, sekolah mentiadakan kegiatan belajar mengajar untuk persiapan membagi hasil nilai ujian uts sekolah. Jadi para siswa bisa bebas untuk melakukan segala hal namun masih tetap di lingkungan sekolah.
Tentu saja kali ini aku tak ingin menyia-nyiakan waktuku disekolah begitu saja. Ini merupakan dua minggu terakhir sebelum ujian nasional. Jadi, aku memutuskan untuk nongkrong di kantin bersama Mia dan Excell. Namun tak disangka-sangka. Belum sempat aku melangkah terlalu jauh dari kelas, ternyata Kak Azka berada di depanku hanya berjarak dua meter. Dia berjalan perlahan ke arahku bersama dengan Jody dan Nico. Itu membuatku seolah berhenti melangkah dan terdiam mematung. hanya dapat melihatnya berjalan semakin mendekatiku. Entah apa yang akan dia lakukan di Area wilayah kelas satu. Dan ternyata, dia menuju ke Arah lapangan basket yang letaknya tepat berada dikelasku. Ini membuatku malas untuk ke kantin dan ingin mengurungkan niatku untuk ke kantin. Namun aku merasa tidak nyaman sendiri dengan Excell dan Mia, jadi akhirnya aku memutuskan untuk ke kantin dan lekas-lekas kembali ke kelas untuk melihat Azka bermain basket bersama teman-temannya.
“ duduk dulu yuk, gue laper nih “ pinta Excell setiba di kantin. Ya ampun, bagaimana aku hendak menolaknya. Padahal aku sangan menginginkan untuk melihat Azka bermain basket. Ini kesempatan langka.
“ Bawa aja ke kelas deh yuk. Pesen aja roti atau apa kek gitu” pintaku sedikit memohon “ gue lagi males nih nongkrong disini” sambungku mencari alasan.
Tampak air muka Excell sedikit masam dan enggah beranjak dari tempat duduknya. Namun setelah sempat beradu mulut yang sedikit tak mengenakkan hati antara aku dan Excell, akhirnya diapun mengalah dan ikut serta kembali kekelas bersama aku dan Mia. Sedangkan Mia sendiri menjadi penengah diantara kita. Yah, walaupun kami bersahabat terkadang cekcok dan adu mulut juga terjadi. Namun tetap bisa kami atasi dan akur kembali. Justru membuat persahabatan kita semakin solid walaupun mungkin ada yang ngambek beberapa hari.
Sesampai dikelas, aku duduk dibangku taman halaman kelas yang berada dipinggiran lapangan basket bersama Mia. Benar saja, Azka lagi asik bermain basket bersama dengan teman-temannya. Dan mendadak lapangan basket menjadi ramai seperti sedang ada pertandingan sungguhan. Padahal ini hanyalah pertandingan anatar teman kelas saja. Dan bukan untuk pertandingan.
Azka tampak semakin keren saat menggiring bola basket masuk kedalam Ring. Tampak dari postur tubuhnya yang tinggi dan profesional. Yakin deh, jadi model juga bisa kalu dia mau. Pasti banyak yang mau ngorbitin dia. Sumpah, melihat dia yang tampak begitu keren dan cool membuatku seolah tak sadar berteriak saat mendukungnya untuk memasukkkan bola kedalam ring. Beruntung suasana disekitar lapangan juga cukup ramai dengan sorak-sorai siswa lain yang menyemangati Azka dkk. Yah, aku yakin sekali bahwa bukanlah aku satu-satunya orang yang terpesona dengan ketampanan, pribadi dan kepandaian dari Azka. Pasti beberapa cewek disini  merasakan hal yang sama. Salah satunya Niky. Masih ingatkan, cewek setingkat Azka yang rada keganjenan. Dia juga tampak heboh dan norak mendukung Azka dipinggir lapangan la-ala chiliders kampungan.
Namun saat Azka tengah menggiring bola masuk kedalam Ring, tampak dari pihak lawan Micky menjegal Azka dari belakang hingga Azka terjatuh. Sedangkan Micky merebut bola dari Azka dan memasukkan bola ke Ring. Ini membuat para siswa yang menonton bersorak menyoraki Micky yang bertindak tidak sportif gara-gara kalah score dari tim Azka. Maklum saja, mungkin saja Micky iri dengan Azka yang lebih sempurna daripada dia. Karena Azka memang bukan type cowok sok dan blagu seperti Micky. Apalagi setelah kedatangan Azka membuat pamor Micky turun. Jadi wajar saja kalau dia semakin iri dengan Azka. Dan ini semakin membuatku sebel dengan Micky yang sok banget itu. Beraninya dia melukai Azka hingga terjatuh dan sikutnya berdarah. Ih awas saja dia. Entah mengapa ini membuatku gregetan sendiri. Semakin ilfeel saja aku dengan Micky. Dia dulu memang pernah mencoba mendekatiku, namun aku enggan menanggapinya. Terang saja, type cowok seperti dia playboynya minta ampun. Sekalipun dia mengumbar klata-kata manies dan mengejar-ngejarku, tapi aku enggan meladeninya. Dan sekarang, semakin yakin pula aku untuk jauh-jauh darinya saat dia berusaha mendekatiku.
Beberapa menit kemudian., pertandingan telah usai dan siswapun mulai kembali ke kelas masing-masing karena 10 menit lagi pembagian hasil laporan evaluasi belajar tengah semestr dua. Namun kali ini aku mulai tersadar bahwa ada sesuatu yang menghilang. EXCELL !! yah, Excell. Aku tak dapat menemukan batang hidungnya selama pertandingan bahkan setelah pertandingan usai. Saat dikelaspun aku tidak dapa menemukannya.
“Ren, kamu kelihatan Excell gak?” tanyaku pada Reno yang merupakan teman sebangku Excell. Pasalnya, setelah dari kantin dia turut serta bersama dengan aku dan Mia menuju ke kelas.
“ Coba aja cari dikantin, sapa tau dia disana”saran Mia
Akhirnya aku mencari Excell bersama Mia ke kantin. Sejujurnya ini membuatku merasa bersalah. Hanya karna kepentinganku, aku mengabaikan permintaan Excell yang lebih penting daripada sekedar menonton pertandingan tadi. Sedangkan Excell hampir jarang aku mendengar dia menolak apa yang aku inginkan, namun kali ini sekali dia meminta tapi aku justru mengabaikannya. Sangan membuatku merasa bersalah dan menyesal. Apalagi setelah dikantin aku tak dapat menemukannya. Akhirnya, akupun kembali kekelas bersama dengan Mia karna Lima menit lagi pengambilan hasil ujian tengah semester dua.
“ Mia, gue sedikit merasa bersalah nih sama Excell” kataku mengadu pada Mia saat duduk dibangku kelas.
“ lu juga sih cha, ngambek paling tuh anak”
“ hiks, hiks, trus aku harus gimana dunk?” tanyaku sedangkan mia hanya menjelas tak jelas seolah memberi isyarat.
Yah, benar. Mia memang sedang memberiku Isyarat. Ternyata Excell datang dari balik pintu kelas dengan rambut yang acak-acakan dan basah kuyup. Dia masuk melewati ku dan Mia tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Pengumuman hasil evaluasi belajar kamipun keluar. Dan diluardugaanku, ternyata kali ini aku berhasil menjadi yang terbaik dikelas mengalahkan Excell. Sedangkan Excell berada diurutan nomer dua. Hari yang cukup indah untukku. Nilai bagus dan puas mantengin Azka. Namun ada hal yangmembuatku sedih, Excell sepertinya ngambek deh.
  ( ˘ ³˘)♥
Paska Micky menjegal Azka, dia memang tengah menjadi buah bibir terheboh disekolah. Khususnya dikalangan cewek. Dia seolah berubah memiliki image cowok terjahat sedunia hanya gara-gara peristiwa beberapa waktu lalu saat dia menjegalAzka.
Tampak dari kebanyakan siswi yang suka membicarakan kelakuan Micky baik saat di luar kelas maupun saat didalam kelas. Seperti saat  ini. Tepatnya saat mata pelajaran Matematika. Disaat mengerjakan tugas yang diberi guru seperti ini pun, masih saja ada siswi yang membicarakan Micky dan tidak terima akan perlakuannya terhadap Azka. Yang mungkin menjadi orang yang dipujanya sama sepertiku. Dan membuat dihati ini terbesit rasa tidak rela jika mereka merasakan hal yang sama.
Namun, saat tengah asik mengerjakan tugas matematika. Tiba-tiba saja perutku sakit. Akhirnya aku memutuskan untuk ketoilet sendiri tanpa didampingi Mia. Dikarenakan dia tengah mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan. Jadi untuk menghemat waktu juga biar aku bisa menyalinnya. Hehehe. Sedangkan Excell sendiri masih tampak begitu cuek denganku. Bahkan acara teraktiran untuk merayakan keberhasilanku mendapat nilai terbaik, di tunda juga dikarenakan Excell menolak hadir dengan berbagai alas an. Dan ini cukup membuatku sedih.
Tepat setelah dari toilet, tepatnya di lorong arah menuju toilet, aku melihat Micky bersama kedua kawanannya yang pada sok jagoan. Hal yang paling ingin kuhindari adalah bertatapan muka dengannya. Pasti dia akan menggodaku lagi untuk menjadi mangsa dia selanjutnya. Dan aku tidak mau itu.
Namun tak dapat dihindari lagi, akupun terpegoki Micky.
“ Eh, ada nona cantik “ sapa Micky dengan gayanya yang menjijikkan
“ apaan sih kamu. Minggir, aku mau balik ke kelas” gertakku memaksa Micky untuk tidak menghalangi jalanku.
“Brani ya kamu sama aku sekarang” ancam Micky dengan nada tinggi
“ Minggirr !!” teriakku tak kalah keras
“Waw, mulai berani juga ya gadis manisku satu ini” tiba-tiba micky membekap mulutku dan membuatku terdiam tak bisa melakukan apa-apa. Ini membuatku cukup takut. Apalagi koridor sekolah dekat toilet ini cukup sepi dikarenakan jam pelajaran sedang berlangsung. Aku semakin ketakutan dan berusaha memberontak. Entah apa yang akan dia lakukan kepadaku, aku tak berani membayangkannya. Yang aku harapkan sekarang hanyalah, ada yang yang melihat kami berempat dan menolongku.
Namun apa yang kuharapkan tak berjalan sesuai harapan. Kini jarak pandang antara akub dan Micky hanyalah beberapa senti meter dan aku sudah tak berani membuka mataku lagi. Sekujur tubuhku terasa gemetar dan tak berdaya. Aku hanya pasrah dan sudah kehabisan tenaga untuk memberontak lagi. Pasalnya sedari pagi aku belum sarapan dan isi perut sudah ku keluarkan sebelum ada kejadian ini.
Namun, tiba-tiba terdengar suara benturan yang amat keras dan tak jauh dari arahku. Kucoba membuka maa perlahan-lahan. Ternyata memang benar, ada suara benturan dari sosok pria yang tampak tengah bergelut dihadapanku. Sedangkan Micky masih tetap membekapku. Sedangkan teman-teman Micky tengah melawan lelaki itu yang tak lain adalah Azka. Kini perasaanku menjadi campur aduk. Antara senang, sedih, bahagia, ketakutan, semua campur aduk menjadi satu. Satu-persatu lawan dijatuhkan oleh Azka hingga mereka berdua tak berdaya. Sungguh, keren banget Azka ketika menghajar mereka. Dan kini giliran Micky yang mendapat pelajaran dari Azka. Azka menonjok Micky berulang kali hingga bibir Micky berdarah. Dan Akhirnya Micky dkk kabur undur diri dengan lari terbirit-birit dari hadapan kami berdua tepat saat ada Pak Margo, guru yang terkenal killer lewat dihadapan kami. Beruntung pertunjukan silat yang barusan terjadi telah berakhir.
“ Kamu enggak papakan?” Tanya Azka sembari melihat kearah kuyang menunduk
Aku tak dapat menjawab. Hanya isyarat tubuhku saja dengan anggukan kepala dan tubuh yang masih gemetar karna shok. Tak terasa, tiba-tiba tangan Azka menggandeng lenganku dan membawaku berjalan entah kemana. Pikiranku masih kacau balau dan tak mampu berekspresi. Begitu pula Azka. Dia hanya  membawaku berjalan entah kemana. Tanpa pembicaraan dan masih tanpa Expresi. Kita hanya saling diam membisu. Hingga akhirnya kita sampai disuatu tempat, tepatnya taman belakang sekolah yang berdekatan dengan kantin. Taman ini tampak begitu sepi dan tertutup oleh bangunan kelas-kelas dan kantin. Kemudian Azka mendudukkanku di atas sebuah batu besar, dan dia duduk tepat dihadapanku.
“ Kamu gak kenapa-napa kan?” Tanya Azka lembut dengan menyibakkan rambutku yang jatuh terurai dengan berantakan dan menutupi wajahku.
Tanpa terasa, air mataku melelehdengan derasnya. Bahkan aku tak dapat lagi merasakan getaran-getaran halus yang kerap kalii menyapaku saat aku berada di dekat Azka. Yang ada kini hanyalah ada rasa takut yang luar biasa dan cemas. Bahkan kini tangiskupun semakin menjadi sampai terisak-isak. Walaupun orang yang ku kagumi kini tengah menenangkanku dengan mengelus-elus rambutku dengan lembut, namun aku masih merasakan ketakutan yang masih teramat sangat. Kejadian ini akan menjadi kejadian yang tak terlupakan untukku. Sangat mengerikan.
“ aku antar kamu pulang saja ya? Toh, 3 jam lagi udah pulang sekolah” ajak Azka membujukku untuk istirahat dirumah saja. Dia memahami bahwa mungkin aku masih shok.
Akhirnya akupun mengiyakan ajakan Azka. Dia yangmengurus segala perijinan ke guru piket. Bahkan, dia juga yang mengantarkan surat ijin dari guru piket dan mengambilkan tasku untuk dibawa pulang. Gak kepikiran bagaimana hebohnya kelas saat itu ketika Azka mengantarkan surat izinku. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya terlalu jauh. Karena jujur saja, pikiranku saat ini masih kacau balau.
Sesampai dirumah, tampak gerbang rumah tidak dikunci. Sepertinya ada orang didalam rumah. Azkapun langsung memasukkan motornya dengan aku yang masih tetap bertengger di atasmotor gedenya itu.
Dan ternyata benar saja, saat Azka yang mengetuk pintu, ternyata ada Mas Revan yang membukakan pintu yang masih lengkap dengan seragamnya.
“ loh kamu?” Tanya mas Revan sedikit terkejut melihat kedatangan Azka. Sedetik kemudian kekagetan mas Revan ditambah setelah melihat aku yang datang bersamaan dengan Azka “ loh, ada apa dengan ocha?” Tanya Mas Revan sembari memapahku masuk.
“Oh ini, tadi dia enggak enak badan disekolah, jadi aku suruh pulang ja dari pada dia kenapa-napa disekolah” Azka menjelaskan dengan sedikit ngeles. Aku paham, dia tidak ingin memperkeruh keadaan dengan menceritakan klejadian yang sebenarnya.
“ lah trus, knapa bisa kamu nies yang nganterin?” nies? Kenapa manggilnya nies? Apakah mereka saling kenal?
“ oh, iya kebetulan tadi waktu ditoilet aku kelihatan adik lo hamper pingsan. Jadi gue deh yang bantuin. Eh, gak taunya pas dianterin kerumah ternyata adik kamu. Kebetulan banget deh” terang Azka
“ wah thanks banget ya”  balas Mas Revan
Dan beberapa menit kemudian Azka pamit undur diri karena harus mengikuti pelajaran tambahan diekolah.
Tak disangka-sangka ternyata. Mas Revan dan Azka saling kenal. Namun mas Revan mengenalnya sebagai Denies panggilan akrabnya. Mereka berdua tergabung dalam kelompok music dan band yang terdiri dari beberapa perwakilan sekolah yang akan mewakili kota kami di perlombaan nasional. Masih ingat tentunyakan beberapa waktu lalu mas Revan sibuk dengan anggota bandnya. Dan ternyata Azkalah yang menjadi keyboard grup band mereka. Sedangkan mas Revan sebagai vokalis. Sebuah kebetulan yang indah. Walaupun hari ini aku mendapat musibah, namun ada hikmah dibalik semua ini. Aku bisa ditolong Azka dan ternyata kali ini aku bisa tau kalau Azka ternyata berteman dengan abangku.

( ˘ ³˘)♥

“cha.. bangun cha” terdengar suara wanita dengan lemah lembut memanggilku disaat aku masih setengah sadar dari tidurku yang lelap”cha, bangun” lanjutnya.
Ku coba membuka mata secara perlahan. Berat sekali rasanya membuka mata kali ini. Masih ngantuk dan badan terasa pegal-pegal semua akibat peristiwa pemberontakan tadi siang. Perlahan-lahan, mulai tampak sosok wanita muda yang dapat langsung ku kenali. Mia. Ya, kali ini dia tengah duduk disampingku.
“hhmm, kamu beib” kataku sembari bangun
“ ayo bangun udah sore”
Akupun mulai terbangun. Kedatangan Mia kali ini untuk menjengukku dan menanyakan keadaan serta kejadian yang sesungguhnya. Akupun menceritakan dari awal kronologinya. Mulai dari aku pamit ketoilet hingga akhirnya aku terbaring pulas dirumah ini. Terselip senyuman kecil disaat aku menceritakan tentang Azka yang telah menolongku. Bagaimana tidak. Orang yang aku puja, kali ini datang sebagai pahlawanku. Aku tak taulagi apa yang akan terjadi kalau saja tadi Azka tidak ada disana. Mungkin sesuatu yang buruk telah terjadi padaku.
“ ohh, pantesan tadi kak Azka ke kelas ngambil ranselmu” kata Mia setelah aku menceritakan secara detail kronologinya “ lo tau enggak, tadi waktu kak Azka nganterin surat izin, dikelas heboh banget tau enggak. Pada sirik gitu deh sama kamu. Eh tapi yang terpenting tau enggak kamu cha, tadi Excell kayaknya berantem deh sama Micky di dekat gudang sekolah”
“ Ha??? Setriusan kamu? Tau dari mana dia?”
“ kayaknya tadi waktu pulang sekolah dia kekelas Kak Azka dan Tanya-tanya gitu deh”
“ rus-trus, Excell tapi enggak knapa-napa kan? Dia gak dikroyok kan?”
“ kenapa-napa sih didkit” jawab Mia meringis
“Excell kenapa? Ada yang patahkah? Tapi beritanya gak heboh dan gempar disekolah kan?” tanyaku bertubi-tubi pertanda kesadaranku mulai pulih total
“ye… ya enggaklah, gak sampe patah. Tapi kayaknya dahinya memar deh, trus bibirnya ada yang pecah gitu kena tonjok. Aduh, tenang aja. Masih aman kok. Aku tau kejadian tadi juga dari Excell. Excel ju7ga dari Azka langsnug. Jadi aman kok”
“Aduh Excell. Ngapain juga sih dia enggak ada kerjaan pake berantem segala. Buang-buang tenaga aja tau nggak. Trus dianya jadi luka-luka gitukan”
“ yaa mungkin aja dia mau ngasih pelajaran ke Micky”
“ aduh, tapi aku ngerasa double nih bersalahnya ke Excell.
“ Udah tenang aja, dia gak bakal kenapa-napa kok”
Setelah mendengar penjelasan Mia, aku sedikit merasa lega.
( ˘ ³˘)♥
Pagi ini seperti biasa. Setangkai mawar putih  bersama dengan sepucuk surat telah berengger menempel dipintu lokerku. Ini sudah hampir sebulan aku selalu menemukan bunga mawar putih dilokerku. Membuat aku semakin penasaran akan pengirimnya. Terkadang dia menaruh coklat bersamaan dengan bunga dan surat penyemangat untukku, dikala aku sedikit pusing dengan beberapa tugas yang telah menunggu untuk mendapat giliran kukerjakan satu persatu. Yah, pasca Uts, guru-guru semakin gila memberi kami tugas.
Apalagi kali ini moodku memang benar-benar lagi down stelah kejadian bdua hari lalu, dan kali ini merupakan pertama kalinya aku masuk sekolah lagi setelah ijin selama dua hari.
Hem.. siapa kah gerangan sang oengirim bunga? Sepintas terbesit dipikiranku untuk menyelidiki orang misterius itu.
Saat aku masuk ke kelas, aku sudah disambut Excell di bangku ku. Tampak dia tersenyum manies dan cerah seolah perselisihanku dengan dia yang sempat terjadi beberapa waktu lalu telah terlupakan. Aku cukup bahagia dengan melihatnya tersenyum. Membuat dia tampak lucu, menggemaskan, dan manies. Namun masih tampak sedikit jelas memar di dahi dan bekas luka sobekan dibibirnya.
“ pagi cha-cha” sapa Excell
“ pagi cell.. kenapa tuh lo punya muka gitu? Habis di cium nyamuk yah?” tanyaku jahil
“ iya nih, abis di cium nyamuk yang gangguin tuan putri” sindirnya halus. Aku hanya membalasnya dengan melotot.
Dan saat jam Istirahat, seperti biasa aku nongkrong dikantin bersamaan dengan Excell dan Mia.
“ eh, cell. Btw makasih yah, udah repot-repot mau ngebelain aku” kataku berterimakasih
“emmm, sama-sama sih.tapi di dunia ini enggak ada yang gratis sih” balasnya sembri memasukkan pentol bakso kemulutnya. Mendengar jawaban Excell yang sedemikian, membuatku Gemas.
“ ihh.. nyebelin banget kamu sih” protesku saambil mencubit lengan Excell dengan gemas. Sedangkan Excell meringis menahan kesakitan.
“aduuh, ampun-ampun buuuk “ teriak Excell yang sudah tak tahan menahan kesakitan. Namun aku tetap tidak memberi ampun. Sedangkan Mia hanya geleg-geleng keapla meliahat kelaukuan kami berdua yang seperti anak TK.
Tak sengaja saat menjahilin Excell dnegan mencubitnya, aku melihat Azka tampak melihatku dari kejauhan. Tepatnya dari sudut kamtin mbok minah. Itu cukup membuatpipiku memanas karna tersipu malu. Segera kulepas cubitanku pada Excell, dan menundukkan kepalaku karena malu. Tapi aku cukup bahagia. Ernyata cukup banyak hikmah yang dapat aku ambil dari kejadian ini semua. Di tolong superhero yang ternyata teman kakaku, dan hubunganku juga mulai membaik dengan Excell.
( ˘ ³˘)♥







Tidak ada komentar:

Posting Komentar