DELAPAN ( ˘ ³˘)♥
Tak terasa, sudah seminggu Mas Recvan dan Azka meninggalkan kota tercinta
ini. Pertanda hari ini mereka seharusnya sudah pulang. Namun hingga sore, mas
Revan belum tampak juga dirumah. Padahal kemarin dia sempat mengabarkan bahwa
hari ini dia akan sampe rumah pagi hari.
Dengan harap-harap cemas, aku dan Mia menunggu kedatangan Mas
Revan. Bagaimana tidak, hingga sore sepertii ini dia tak kunjung tiba dan tak
memberikan kabar sedikitpun. Padahal aku dan Mia telah menyiapkan supriese. Mia
kali ini ada di rumah dan sengaja mau memberikan kue buatannya dan juga
memberikan jawaban atas cintanya. Mumpung dirumah tidak ada orang.
Dengan tak sabar, akhirnya aku memutuskan untuk menelfon Mas Revan.
Namun masih tetap tak ada jawaban. Ini semakin mebuatku khawatir dan gelisah.
Namun, di tengah-tengah kegelisahanku, terdengar suara pintu depan terbuka. Itu
pasti Mas Revan.
Aku langsung menghambur pergi ke ruang tamu untuk menengok siapakah
gerangan yang datang. Ternyata benar, seperti dugaanku. Itu adalah Mas Revan. Namun
yang di luar dugaanku adalah, dia datang bersama Azka.
“ Assalamualaikum, mas Revan pulang” sapa Mas Revan ketika
melihatku sembari memelukku hangat,
Sedangkan aku hanya tersipu malu ketika dipeluk seperti anak kecil
dihadapan Azka. Sedangkan Azka hanya tersenyum kecil. Ya ampun, senyuman itu.
Sungguh, menyenangkan sekali bisa mendapatinya tengah tersenyum manies sepeerti
itu.
“eh, mas. Aku ada supries deh buat mas Revan”kataku sembari
menuntun Mas Revan masuk ke ruang keluarga
“really?” ….” Hem, ada cewek manies nih. Inikah supriesnya?” Tanya
Mas Revan sembari tersenyum lebar.
Tampak mereka masih sama-sama saling malu-malu. Dan aku sengaja
meninggalkan mereka bertiga ke dapur untuk membawakan minuman. Aku yakin mereka
pasti masih capek setelah perjalanan jauh dari bandung.
Setelah akukembali dari dapur dengan membawa nampan yang berisi
minuman, tampak hanya Mas Revan dan Mia saja yang tengah asik ngobrol berdua di
ruang tengah. Sedangkan Azka sudah menghilang dari ruang tengah. Akhirnya, aku
memutuskan untuk mencari Azka di ruang tamu. Sekalian menghindar dari Mas Revan
Dan Mia agar mereka lebih leluasa ngobrolnya.
Benar saja, ternyata Azka tengah duduk santai di ruang tamu. Tampak
dia sedang asik mendengarkan lagu dari ipod dengan mata yang terpejam. Mungkin
dia masih kecapean. Sebenarnya tak ingin mengganggu, namun tak disangka sesuatu
yang tak di inginkan terjadi. Kakiku tersandung meja tamu, yang membuat nampan
berisi minuman kaleng itu terjatuh. Dan otomatis membuat Azka terjaga mendengar
benturan itu yang sedikit berisik. Aku hanya mengaduh pelan dan memijat-mijat
kakiku yang terkilir. Aku tak ingin menggaggu momen-momen romantic Mas Revan
dan Mia.
“ kamu gak papa?” tanya Azka masih tak
berekspresi membantuku terbangun dan membereskan minuman yang berserakan
“ enggak apa kok kak” sahutku sembari
meletakkan minuman yang sempat jatuh berserakan “ diminum kak” kataku
mempersilahkan. Kemudian aku pamit undur diri
“ mau kemana?” tanya Azka tiba-tiba “masak iya
tamu ditinggal sendirian?”
Eh.. sumpah aku dilema kali ini. Salting banget. Seneng sih bisa bareng dia, tapi ini cukup menyiksaku
juga. Bagaimana tidak, aku geroginya minta ampun dan bingung mau melakukan apa
saat berada didekatnya. Tapi aku
bahagia kali ini bisa mendapatkan momen seperti ini.
“ Gimana di sekolah? Masih sepikah?” Tanya Azka tiba-tiba membuka
pertanyaan dan membubarkan lamunanku tentang Azka.
“ iya.. akhir-akhir ini disekolah sepi banget” jawabku secara
reflek”
“ loh, emang siswanya pada kemana?”
“ Oh, enggak bukan.bukan itu maksudnya. Maksudnya disekolah
akhir-akhir ini gak asik. Banyak tugas”
terangku mengelak sembari tersipu malu.
“ Oh gitu, iya sih. Aku pun merasa sepi. Biasanya ada yang
merhatiin, sekarang enggak lagi” kata Azka tiba-tiba. Membuatku sulit untuk
memahami kata-katanya. Apa maksud dari pembicaraannya itu. Apakah yang dimaksud
aku? Apakah selama ini dia tahu kalau diam-diam aku mengaguminya? Ahrgghh,…
tidakkkkkk. Tapi entahlah. Ini semua membuatku begitu malu. Malu gak ketulungan
kalau saja dia sampai tau.
( ˘ ³˘)♥
Tak terasa, pengumuman kelulusan akhirnya akan
segera di umumkan hari ini juga. Aku turun dagdig dug menunggu hasil pengumuman
hari ini untuk kelulusan Mas Revan dan Azka. Aku berharap mereka bisa lulus
dengan nilai yang baik. Aku sendiri menunggu info hasil pengumuman di ruang
bimbingan, karena hari ini aku masih ada bimbingan Kimia bersama Excell.
Sedangkan Mia menemaniku dan turut ikut bimbingan, walaupun aku tau. Sedari
tadi dia gelisah menunggu sms dari sang pacar yang tak lain adalah kakaku
sendiri.
Tampak kegugupanku dari konsentrasiku yang
mulai menurun. Bolak balik salah saat menghitung maupun mereaksikan unsur
kimia. Hingga akhirnya terdengar teriakan di halaman sekolah. Para siswa pada
berhamburan dihalaman sekolah bahagia dengan kelulusan mereka. Aku pun keluar
dari ruang bimbingan ikut menyaksikan kebahagiaan mereka.
Ku edarkan arah pandangku kesekitar halaman
sekolah. Mencari sosok Azka. Aku ingin tau kabar kelulusannya. Biarpun tidak
tanya langsung, setidaknya aku bisa tau dari raut mukanya. Namun ternyata orang
itu tak dapat ku temui. Membuatku kecewa yang masih diikuti rasa penasaran.
Sedangkan beberapa saat kemudian, hpku
bergetar hampir bersamaan dengan Mia. Ternyata sms Dari mas Revan mengabarkan
bahwa dia lulus. Syukurlah, aku turut senang mendengarnya. Lalu, bagaimanakah
dengan Azka. Bagaimana dengan keadaannya sekarang. Aku tak dapat menemuinya.
Apakah dia menghilang karena tidak lulus? Ah enahlah.
“Mia, gue masihkhawatir nih” kataku pada Mia
“ khawatir apaan cha?” sambung Excell
tiba-tiba. Ternyata dia mendengar pembicaraanku dan Mia
“oh, bukan apa-apa kok cell” jawabku
mengalihkan pembicaraan tak jujr pada Excell
“oh, begitu. Udah, gak perlu khawatir. Kan ada
gue. Hahahaha” jawab Excell jahil seolah berusaha menghiburku
“eh.. hehehe, iyah cell” sahutku spontan dan berusaha tersenyum
Akhirnya akupun melanjutkan tugas untuk mengerjakan soal-soal kimia
ini. Aku mencoba untuk konsentrasi terlebih dahulu. Karna pasalnya lomba sudah
akan diadakan seminggu lagi. Namun jauh di lubuk hatiku terbesit rasa cemas dan
berharap semoga Azka baik-baik saja dan lulus sesuai apa yang di harapkannya.
Begitupun dengan aku.
Tapi tiba-tiba saat tengah asik mengerjakan soal-soal kimia,
tiba-tiba kepalaku terasa berat. Entah apa yang membuat terasa pening. Ku tahan
rasa nyeri yang menyerang disekujur tempurung tulang tengkorakku. Namun tetap
saja rasa nyeri itu hinggap disana. Aku masih mencoba tetap bertahan untuk
focus mengerjakan tugas kimia ini. Namun sia-sia. Kepalaku tetap terasa pusing
dan berat yang tak tertahankan. Hingga membuat kepalaku tergeletak di atas
tumpukan soal-soal.
“Cha, kamu kenapa?” Tanya Excell hamper bersamaan dengan Mia
“tau nih, kepala gue rasanya berat banget. Pusing” sahutku dengan
meringis menahan kesakitan
“Aku antar pulang aja ya. Dari pada ntar kamu knapa-napa” kata
Excell sembari mengecek suhu badanku. “toh, ini sudah akan selesai tugasnya.
Kita lanjutkan besok saja. Apalagi bu Dewi kan sudah pulang. Lebih baik kita
break dlu belajarnya. Besok kita lanjut lagi” saran Excell mengajak pulang.
“ iya, ayo sebaiknya kita pulang saja. Ini sudah hampir sore. Lagi
pula, dirumah aku harus bantu mama untuk membuat kue. Besok omku mau tunangan”
sambung Mia yang tampaknya ikut membujukku agar mau pulang.
Akhirnya aku mengiyakan ajakan mereka. Pasalnya kepalaku kali ini
memang berat dan sudah tak dapat menahan rasa sakit ini.
Sesampai dirumah, mama menyambutku dengan penuh rasa khawatir dan
juga papa. Tampaknya mereka baru selesai datang dari sekolah Mas Revan untuk
mengambil hasil pengumuman kelulusan. Kemudian Mama yang dibantu Excell
memapahku untuk menuju kamarku.
“ Jangan khawatir, semua orang akan baik saja kok. Jangan membuat
dirimu tersiksa karena perasaan dan pikiranmu itu” kata Excell tiba-tiba
setelah mama menghilang dari balik pintu kamarku. Aku hanya mengerjapkan mata
berusaha mencerna kata-kata Excell yang secara tiba-tiba itu “aku pulang dulu ya, istirahat yang cukup”
Kemudian Excell pun pamit undur diri. Aku masih bingung dengan
kata-kata Excell tadi. Membuatku semakin berfikir keras. Jangan khawatir, semua orang akan baik saja
kok. Jangan membuat dirimu tersiksa karena perasaan dan pikiranmu itu kata-kataitu
terngiang-ngiang dikepalaku. Apa maksud dari Excell tadi? Apakah yang dia
maksud Azka? Apakah dia mengetahuinya? Entahlah. Dan disaat tidak tepat seperti
ini, Nico tiba-tiba menghubungiku. Entah apa maksud dia. Dan dari mana pula dia
dapat nomerku. Membuatku hanya bisa membalas ala kadarnya karna tidak terlalu
konsen dan mempedulikan keberadaan nico.
( ˘ ³˘)♥
“hati-hati sayang” kata mama saat aku mulai menaiki bus mini milik
sekolah.
Yah, kali ini merupakan hari keberangkatanku untuk melaksanakan
tugas sekolah. Tepatnya untuk mengikuti lomba olimpiade Kimia bersama Excell dan siswa
yang lain untuk olimpiade Mipa yang lain. Kali ini aku duduk bersama dengan
Merry, salah satu siswa yang mewakil lomba fisika. Anaknya cantik dan manies.
Putih bersih dengan pipi yang merah merona. Membuatnya tampak semakin cantik.
Sedangkan Excell duduk dibelakangku bersama dengan Rio. Kakak kelas kami yang mewakili olimpiade di bidang Matematika.
Aku berharap lomba nanti akan berjalan lancar dan bisa membawa nama baik
sekolah kami. Amiien
Aku senang bisa ikut mewakili sekolah kami
untuk mengkuti lomba olimpiade di kota tetangga. Biarpun hanyalah tingkat
propensi namun aku sudah cukup senang bisa bergabung dengan anak-anak yang lain
yang tentunya pintar dibidang nya masing-masing. Apalagi anak-anaknya yang ikut
olimpiade pada seru semua. Rame, lucu, gokil dan kocak banget. Membuat suasana
Bus semakin ramai dan gaduh walaupun tak ada musik ataupun film yang diputar.
Bahkan lebih asik seru-seruan bersama mereka. Tampak dari keasikan mereka yang
saling tukar fikiran, cerita, dan soal-soal selama perjalanan. Salah satunya
antara Aku, Excell, Merry dan kak Rio. Kami asik tanya jawab unsur-unsur kimia
ataupun soal-soal yang lain. Bahkan tak jarang anak yang lain ikut nimbrung
untuk menjawab soal-soal yang terkadang sedikit susah itu.
Sesampai di lokasi, kami langsung
mempersiapkan diri dilokasi tempat lomba yang didampingi guru pembimbing
masing-masing. Seperti halnya aku, Excel, dan bu Dewi kali ini.
Lomba olimpiade pun berjalan dengan cukup
lancar. Aku mengerjakan semua soal-soal semaksimal mungkin. Beruntung kami
sudah berlatih terlebih dahulu. Sehingga soal-soal yang ada dapat aku kerjakan
dengan baik dan lancar.
Hari
mulai sore. Dan matahari akan terbenam. Acara lombapun telah selesai. Dan kami
bergegas pulang. Sepulang dari olimpiade, tepatnya di tengah perjalanan, kami
terjebak macet. Nampaknya sedang ada kecelakaan di depan sana. Mobil-mobilpun
mengular karena macet di jalanan. Tak terkecuali bus yang kami tumpangi. Namun
kami alihkan dengan canda tawa bersama anak-anak yang lain. Mereka tak klenal
lelah meskipun seharian telah berpikir panjang. Tetapi saat tengah asik ngobrol
dan tukarpikiran dengan Merry, tiba-tiba kepalakuterasa pening dan mual.
Seperti mabok darat.
“cha, kamu kenapa?” tanya Merry
“pusing mer.. mual nih” kataku sembari menutup
mulut menahan rasa mual yang menyergap
“nih nih nih, pake kresek kalau mau muntah”
kata Excell sembari menyodorkan kantong plastik. Tampaknya dia mengerti kalau
aku tampak mabuk darat.
Beruntung beberapa saat kemudian, jalanan
sudah mulai lancar kembali. Mungkin saja karena macet dan bus yang berjalan
tersandat-sandat membuatku sedikit mual. Namun sekarang sudah tidak begitu
lagi. Walaupun keringat dingin dan pusing masih menyerangku.
Beberapa saat kemudian, saat aku sudah hampir
terlelap karena mengantuk, tiba-tiba bus kami berhenti ke tepian. Di ikuti
anak-anak yang entah mengapa pada turun dari bus. Ku buka mata perlahan-lahan
dan masih berusaha mengumpulkan kesadaranku.
“cha, ayo keluar. Busnya kayae macet deh” kata
merry mengajakku turun. Kebetulan sekali, sedari tadi aku sudah ingin menghirup
udara segar untuk menghilangkan rasa pusing dan keringat dingin ini karena mabok.
Akupun turun bersama Merry dan excell.
Sesampai di bawah, aku langsung selonjoran di rerumputan taman sebuah bank.
Yah, bus kami mogok berdekatan dengan sebuah bank. Jadi aku memutuskan untuk
disana. Karena trotoar telah dipenuhi oleh anak-anak yang lain. Sungguh, dingin
sekali cuaca malam hari ini. Aku hanya menyandarkan kepalaku di bahu Merry
karena masih terasa pusing. Ingin rasanya aku segera sampai rumah. Mungkin
karena belum makan juga aku jadi seperti ini.
Saat tengah asik tiduran di bahu merry,
tiba-tiba Excell melemparkan jaket ke mukaku yang membuatku sedikit kaget.
“ nih pake, ntar kamu tambah masuk angin” kata
excell tiba-tiba. Kebetulan sekali. Dia tau apa yang aku butuhkan. Beruntung
memiliki teman seperti dia.
“ tau aja kalau aku kedinginan” kataku sembari
merapatkan jaket tersebut ketubuhku. Sedangkan Excell tak menggubris ucapanku
tapi justru pergi entah kemana. Aku tak sempat menanyakannya lebih banyak lagi,
dia sudah berjalan jauh.
Beberapa saat kemudian, Excell datang sembari
membawa air dan obat. Ternyata dia membelikanku obat mabuk. Akupun meminumnya.
“lama banget yah mogoknya” kata merry
tiba-tiba
“iyah, sepertinya mesinnya ada yang hangus.
Itu masih menghubungi bengkel terdekat” sahut Excell yang mulai bergabung duduk
bersama ku dan teman-teman yang lain. Menunggu bus yang mogok kali ini menjadi
ajang curcol juga. Tampak dari merry yang tampaknya baru patah hati setelah
putus dengan nino yang ternyata kenal juga dengan Excell. Anak sekolah lain
tapi Excell mengenalnya juga. Sedangkan aku lebih banyak diam mendengarkan
ceria mereka. Apalagi cuaca cukup dingin malam itu. Entah mengapa Excell tampak
berbeda dimataku kali ini. Dia menjadi sosok pria dewasa yang begitu perhatian.
Bebeda dengan hari-hari biasa yang tampak seperti anak kecil
Tiba-tiba teringat lagi akan kata-kata Excell beberapa hari yang
lalu. Dan kali ini masih tetap berhasil membuatku bingung dan penasaran.
( ˘ ³˘)♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar